Imam Prasojo adalah salah seorang anggota Tim Independen . Tim yang bertugas untuk memberikan saran kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam menghadapi kemelut politik saat ini. Imam menuliskan kesaksian pertemuan Tim Independen dengan Presiden Jokowi di Istana Negara. Kesaksian yang ditulis di akun facebook Imam Prasodjo yang berjudul “mencoba menjawab sejujurnya”.
Pada Rabu 28 Januari 2015 siang, rombongan Tim Independen datang ke Istana Negara setelah diundang oleh Menteri Sekretris Negara, Pratikno. Sekitar jam 10.30 WIB, Tim Independen menunggu kehadiran Presiden Jokowi di suatu ruang di Istana Negara. Dalam kesaksiannya, Imam tidak menyebutkan adanya kehadiran Hikmanto Juwana dan Jendral (purn) Sutanto hadir dalam pertemuan tersebut. Dalam ruangan tunggu itu, telah hadir juga sejumlah anggota Watimpres (Dewan Pertimbangan Presiden) yang rupanya juga tengah menunggu untuk bertemu dengan Jokowi. Watimpres dijadwalkan bertemu terlebih dahulu. Kehadiran dan pertemuan Watimpres dengan Presiden Jokowi nampaknya untuk mematahkan sinyalemen bahwa Presiden Jokowi lebih mengutamakan Tim Independen ketimbang Watimpres. Pertemuan Presiden Jokowi dengan Watimpres dilakukan terlebih dahulu sebelum jadwal pertemuan dengan Tim Independen.
Sekitar jam 11.30 WIB, rombongan Tim Independen memasuki ruangan tertutup. Bersamaan dengan beberapa anggota Watimpres meninggalkan ruangan karena pertemuan telah usai. Pertemuan itu ditemani oleh Mensegneg Pratikno.
Setelah Presiden Jokowi menyalami satu persatu, Presiden bercerita basa basi perihal kegiatan yang ia lakukan akhir-akhir ini yang melelahkan. "Untung saya mudah tidur. Di manapun saya pergi, setelah 30 menit saya dapat tidur pulas," kata Presiden. Ia tampak mencoba relax walaupun terlihat raut mukanya ada ketegangan yang tersembunyi dalam pertemuan itu.
Buya Syafii Maarif membuka pembicaraan dengan menanyakan apa yang menjadi fikiran Presiden dan “apa yang bisa kami bantu”. Dengan sedikit menarik nafas panjang, Presiden menjelaskan duduk soal yang menjadi pemikirannya. Dilema yang tengah ia hadapi terkait calon Kapolri yang telah ditetapkan tersangka oleh KPK, dan masalah yang tengah dihadapi KPK. Presiden sedang berupaya menemukan jalan keluar dengan tetap mengacu pada koridor hukum. Namun pada saat yang sama, Presiden juga tidak dapat mengabaikan realitas politik yang harus dihadapi. Baik dari kalangan internal partai pendukung maupun partai di parlemen pada umumnya.
Dialogpun terjadi antara Presiden Jokowi dengan anggota Tim Independen. Masing-masing anggota memberikan sumbang sarannya. Dalam kesaksian Imam, dituliskan kesannya bahwa dialog yang terjadi seperti ngobrol bisa, arus komunikasi berjalan timbal balik. Ada perbedaan pola komunikasi semasa Presiden SBY yang lebih formal, agak kaku, dan searah. Dalam dialog itu, beberapa kali Presiden meminta Mensegneg Pratikno untuk mencatat point point yang dikemukakan oleh Tim Independen.
Saat berdialog, Imam sempat berseloroh untuk menurunkan tensi pembicaraan yang terlalu serius “ Pak Presiden, semua pilihan dan langkah yang harus diambil memang tidak mudah. Karena itu Pak, saya tidak berminat jadi Presiden. Susah!". Presiden pun tersenyum. Anggota Tim Independen lain tertawa lepas.
Dalam dialog tersebut, Imam mengingatkan pentingnya substansi moral, etika dan nurani rakyat yang harus dikedepankan di tengah keruwetan rambu-rambu hukum dan politik. Menurut Imam “ Kepatuhan terhadap tafsir prosedur hukum, jangan sampai bertentangan dengan substansinya, yaitu standar etika dan moral yang mendasarinya”, ujarnya. Argumen etis dan moral hukum harus mendapat prioritas bila dibanding dengan sekedar hukum normatif prosedural.
Akhirnya dialog berakhir karena Presiden memiliki jadwal lain yang harus dipenuhi. Rombongan tim pun meninggalkan istana dan menuju Gedung Sekretariat Negara. Disana, anggota Tim Independen melakukan rapat kecil untuk merangkum hasil dialog yang akan disampaikan kepada wartawan yang telah menunggu. Setelah rapat kurang lebih 30 menit, tim melakukan konferensi pers dan membacakan hasil rangkuman yang telah disusun.
Salam Kompasiana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H