Lihat ke Halaman Asli

"ATM" Mendorong atau Membunuh

Diperbarui: 10 April 2019   20:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Tren usaha di Indonesia sangat dinamis perubahannya, karena sangat tergantung pada konsumen yang menyukai hal yang berbau kekinian. Rasa "kepo" yang tinggi atas hal baru serta gaya hidup kekinian yang menyebabkan perubahan tren usaha. Hal tersebut tidak hanya berlaku pada kaum milenial, bahkan menularkan juga kepada orang tua dari para kaum milenial tersebut (baby boomers).

Hal tersebut, dimungkinkan karena dampak tidak terbatasnya informasi yang diperoleh melalui internet atau smartphone yang saat ini sudah menjadi seperti kebutuhan pokok.

Gaya hidup tersebut, dimanfaatkan oleh pada para usahawan untuk mencari celah agar dapat menjadi salah satu yang dicari oleh masyarakat, sehingga banyak usaha-usaha baru yang tumbuh subur antara lain industri finansial yang berbasis tekhnologi  baik pembiayaan dan sistem pembayaran dan online shop baik fashion maupun kuliner.

Apabila kita perhatikan, para pioneer yang bergerak dibidang tersebut membutuhkan ide, uji coba dan waktu dalam menjajaki pangsa pasar hingga dapat merebut pasar. Mereka melakukan penelitian dan pemikiran yang luar biasa agar dapat menjadi trendsetter. Namun dampak dari hal tersebut biasanya biaya yang harus ditebus oleh konsumen cukup tinggi untuk mendapatkan produknya.  

Tingginya permintaan dan pertimbangan daya beli secara umum, banyak pelaku usaha memanfaatkan momen tersebut. Mereka melakukan ATM atau Amati, Tiru dan Modifikasi untuk memproduksi output serupa dengan harga yang jauh lebih murah. Hal ini karena mereka tidak membutuhkan biaya riset dan menghargai nilai ide untuk menciptakan inovasi baru.

Banyak perusahaan pinjaman atau pembayaran online dengan fitur dan bisnis proses yang cenderung sama, namun yang membedakan adalah margin dari masing-masing perusahaan. Juga kita dapat lihat begitu banyak online shop yang menjual produk yang sama namun dengan harga yang berbeda. Bahkan di dunia fashion kita dapat membeli sebuah pakaian yang hampir serupa dengan pakaian bermerk dengan harga yang jauh lebih rendah. 

Selain itu juga tidak ketinggalan untuk dunia kuliner, inovasi baru kuliner yang langsung diterima oleh pasar, walaupun dengan harga yang sedikit menguras dompet, namun dalam waktu yang tidak terlalu lama, muncul produk yang sama menjadi pesaing dengan harga yang lebih murah.

Usaha pesaing tersebut dapat tumbuh subur, karena karakteristik masyarakat kita tidak termasuk dalam golongan consumerisme.

Pola inovasi produk baru oleh pengusaha dengan cara ATM atau bahkan tanpa unsur modifikasi jelas menciptkan suatu persaingan bisnis yang tidak sehat. Dalam etika bisnis diharapkan suatu perusahaan harus mampu menciptakan bisnis yang adil dan sesuai dengan hukum yang berlaku serta dapat memberikan arah dalam mewujudkan citra manajemen bisnis yang baik.           

Maka menjadi suatu dilema apabila diberikan pilihan dalam geliat pertumbuhan ekonomi, antara terpenuhinya kebutuhan masyarakat banyak oleh produk ATM yang lebih terjangkau dan menghidupkan sektor UMKM dengan terciptanya persaingan bisnis yang tidak sehat dibandingkan tumbuhnya beberapa perusahaan pioneer yang memonopoli pasar dengan tetap memperhatikan persaingan bisnis yang sehat.     

Fenomena tersebut disatu sisi memberikan dampak positif bagi peningkatan pertumbuhan ekonomi sektor rill namun disisi lain "membunuh" secara perlahan geliat produsen dalam memproduksi barang yang memiliki orisinilitas serta kualitas yang berdaya saing karena kekhawatiran produsen akan metode ATM yang secara perlahan akan menggerus laba mereka. Secara sederhana, metode ATM dapat membunuh perekonomian sektor rill perlahan tapi pasti. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline