Tulisan ini terkait kegiatan :
- Kegiatan penelitian Enhancing Community Based Commercial Forestry (CBCF) in Indonesia (2016 - 2021), dan
- Kegiatan kerja sama Badan Litbang dan Inovasi, Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dengan Australian Center for International Agricultural Research.
Budidaya pohon merupakan salah satu pilihan model investasi jangka panjang bagi pemilik lahan yang biasanya punya kesibukan lain sehingga tidak bisa mengolah lahan yang dimilikinya secara intensif. Selain itu budidaya pohon juga bisa dimulai dengan modal investasi yang relatif rendah.
Untuk pilihan jenis tanaman, biasanya dipilih dari jenis fast growing, yaitu jenis yang bisa dipanen pada umur tanam dibawah 10 tahun. Dari beberapa pilihan jenis tanaman fast growing, yang populer di masyarakat pilihannya adalah tanaman Sengon/Albasia dan Akasia. Kedua jenis tanaman tersebut sama-sama memiliki daur tebang yang pendek, yaitu sekitar 5-8 tahun dan memiliki nilai jual yang cukup baik dan relatif stabil di pasaran. Sekarang pilihannya bila ingin berinvestasi dengan budidaya pohon, pilihan tanaman apa yang akan di tanam, Sengon atau Akasia ?
Penulis akan mencoba membuat perbandingan antara kedua jenis tanaman tersebut sebagai pilihan berinvestasi di bidang budidaya pohon.
Gambaran umum :
Sengon merupakan jenis tanaman yang kayunya banyak dicari oleh masyarakat untuk digunakan sebagai bahan bangunan dan mebel. Tanaman Sengon dapat mencapai ketinggian 30 - 45 meter dengan diameter antara 70 - 80 cm. Dengan jangka waktu panen sekitar 5-7 tahun, kebun Sengon dapat memberikan kontribusi pada pelestarian lingkungan seperti menahan erosi tanah, meningkatkan kemampuan tanah untuk menyerap air, sedangkan daunnya dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak karena kandungan proteinnya yang tinggi
Tidak semua lahan cocok untuk ditanam tanaman Sengon. Biasanya tanaman Sengon dapat tumbuh pada ketinggian antara 0 – 800 mdpl, walaupun dalam beberapa kasus tanaman Sengon dapat tumbuh sampai dengan ketinggian 1500 mdpl. Tanaman Sengon termasuk tanaman tropis yang memerlukan suhu sekitar 18 - 27 °C dengan kelembaban sekitar 50 - 75% dan curah hujan berkisar 2000 - 4000 mm.
Sementara itu Akasia dapat tumbuh baik pada berbagai kondisi lingkungan, baik pada tanah dengan nutrisi rendah atau bahkan pada tanah asam dan terdegradasi. Dengan sifat tolerannya terhadap tanah yang kritis dan berbatu, Akasia cocok dijadikan sebagai tanaman pionir. Namun, tanaman ini tidak tahan terhadap naungan dan salinitas tinggi, pada kondisi tersebut tanaman Akasia akan tumbuh kerdil dan kurus. Daun Akasia juga dapat dimanfaatkan untuk pakan ternak dan pohon Akasia biasa dimanfaatkan untuk tanaman peneduh, juga sebagai penahan api, terutama pohon yang diameternya sudah di atas 7 cm
Tanaman Akasia berada sekelas dengan tanaman kacang polong, sehingga tanaman Akasia bisa dimanfaatkan untuk perbaikan tanah, yaitu mampu mengembalikan keseimbangan kadar Nitrogen dalam tanah dan secara langsung maupun tidak, bisa membuat lahan menjadi lebih subur. Akasia juga membantu memperbaiki struktur pada tanah, mencegah terjadinya banjir dan tanah longsor, sehingga sangat cocok ditanah di daerah yang berbukit.
Tanaman Akasia biasanya membutuhkan waktu sekitar 5–7 tahun untuk di panen. Pohon Akasia dapat mencapai tinggi sekitar 30 meter dengan diameter hingga 1 meter. Biasanya tanaman ini tumbuh pada ketinggian antara 30–800 m dpl dengan curah hujan bervariasi antara 1000 - 4.500 mm per tahun.