Beruntunglah warga kota Surabaya di masa kini. Punya pemimpin yang siap sedia mengayomi masyarakatnya. Egaliter dan dan punya visi yang jelas dalam membangun kota. Berdasarkan semangat gotong-royong, demi kesejahteraan bersama.
Pesan dan untaian keberhasilan yang dicapai kota Surabaya, bukanlah karena kemampuan walikota dan wakilnya. Atau juga dari DPRD-nya. Tetapi kebersamaan yang ada dengan masyarakat. "Panggil nama saya saja, 'Cak Eri' atau 'Cak Ji'. Bukan karena jabatannya sebagai walikota atau wakil walikota".
Cak Eri menceritakan kilas balik masa pemerintahannya selama 3 tahun ini. Dimulai dari tahun pertama yang berjuang melawan pandemi Covid-19. Serta keberhasilan yang sudah diraih setelahnya. Misalnya dengan pemanfaatan Balai RW yang dipergunakan sebagai "Sekolah" bagi orang tua dalam mendidik anak. Terdapat juga Pojok Baca sebagai perpustakaan mini.
Demikian juga dengan tumbuhnya UMKM baru, yang kini jumlahnya sudah mencapai 30.000, yang mampu menghasilkan lebih 120 milyar setahun. Dengan ekonomi yang terus bergerak, pengangguran terbuka angkanya turun dari 10 ke 6 persen.
Dalam bidang pendidikan, anggaran pendidikan mencapai 2,2 trilyun. Dimanfaatkan untuk anggaran seragam gratis untuk SD-SMP, pemberian beasiswa. Termasuk yang berprestasi dalam bidang olahraga dan lain-lain.
Anggaran kesehatan untuk warga Surabaya juga cukup besar hingga 600 milyar pertahun. Warga Surabaya cukup dengan menunjukkan KTP bisa berobat secara gratis di Puskesmas. Persoalan stunting (gizi buruk pada anak), Surabaya peringkat terendah se-Indonesia; hanya 1,6%.
Pada bidang fisik, Eri menegaskan komitmennya dalam membangun kampung. Itulah sebabnya pada akhir-akhir ini, proyek box culvert (gorong-gorong) sampai ke kampung-kampung. "Kota Surabaya dibangun dari kampung dulu. Kita bebaskan kampung dari banjir, dari kegelapan," tegasnya.
Proyek pavingisasi dan PJU (Penerangan Jalan Umum), serta bedah rumah (renovasi rumah tidak layak huni) adalah proyek fisik yang dijalankan. Jadi bukan hanya untuk peningkatan SDM-nya.
Dalam kesempatan ini, Eri juga berterima kasih untuk partisipasi para ASN yang sudah bekerja dengan all out. Sebab pelayanan publik harus bisa selesai 1x24 jam. Jika tidak, ada kompensasi keterlambatan Rp 50.000.