Sepekan belakangan ini, cuaca ekstrem terjadi. Begitulah yang bisa dikatakan. Siang hari panasnya luar biasa. Cahaya matahari begitu menyengat kulit, walaupun sebetulnya tidak terik sangat sinarnya. Namun ada kalanya, di pagi buta dan sore atau malamnya, hujan turun dengan derasnya.
"Ini cuaca apa sih, kok geje banget," pinjam bahasa gaul anak zaman now.
Ya, cuaca ekstrem, menyitir penjelasan BMKG adalah sebuah kejadian atas fenomena alam yang tidak normal dan tidak lazim. Ini bisa dalam dua arti, yaitu yang terkait dengan adanya hujan lebat atau justru suhu atau cuaca yang cukup panas. Keadaan yang tidak semestinya berlangsung pada masa (musim)-nya.
Cuaca ekstrem ini ada banyak faktor pendukungnya. Misalnya gangguan atmosfer seperti munculnya badai, pergantian musim karena pengaruh posisi matahari, adanya gelombang panas, dan sebagainya. Jadi, pendek katanya, perubahan, baik yang ada di permukaan bumi maupun di luar angkasa, bisa menyumbang terjadinya cuaca ekstrem.
Cuaca Ekstrem Perkotaan
Munculnya fenomena ini lebih terasa di kawasan perkotaan. Sebab tutupan lahan alias makin berkurangnya lahan terbuka menjadi salah satu faktor pemicunya. Belum lagi kondisi ini diperparah dengan keberadaan sistem transportasi yang menyumbang banyak emisi (gas sisa pembuangan) di udara.
Makanya, tak heran rasanya jika seseorang lebih betah tinggal di daerah yang masih ada hutan kotanya. Ketimbang setiap hari berada di lingkungan yang padat permukiman. Lebih gerah, panas terasa.
Fenomena Urban Heat Island (UHI) atau "pulau panas perkotaan" yang terjadi itulah juga yang turut menjadi tanda atau gejala terjadinya cuaca ekstrem tadi. Dari panas terik tetiba berubah menjadi hujan lebat di hari yang sama.
Wilayah UHI memiliki panas yang lebih tinggi dari daerah di sekitarnya. Fenomena ini ternyata memiliki pengaruh pada proses terjadinya hujan. Hujan yang terjadi bukan cuma hujan biasa. Namun mendorong peningkatan pada tingkat curah hujan yang tinggi (ekstrem).
Secara sederhana dapat dijelaskan seperti ini. Suhu tinggi yang terkonsentrasi di suatu wilayah perkotaan, membuat proses penguapan lebih cepat terjadi. Hal ini memacu proses pembentukan awan berjalan lebih intens, sehingga kandungan air yang terkumpul lebih banyak.
Secara global, ketika tren suhu makin meninggi, makin banyak penggunaan ruang terbuka, maka tren hujan ekstrem di wilayah perkotaan akan berjalan sejajar mengiringinya. Demikian yang akan terjadi sebaliknya jika kondisi itu dinegasikan. Tren suhu menurun, ruang terbuka makin besar, tren hujan ekstrem di wilayah perkotaan juga otomatis menurun.