Pers dalam bentuk media apapun, baik cetak ataupun digital punya pengaruh yang dahsyat. Ia bisa membangun opini; memberikan pencerdasan atau sebaliknya menyesatkan.
Sebelum melangkah ke dunia paperless (tanpa kertas), pers atau media massa bisa berbentuk koran yang ukurannya amat lebar. Ada juga yang lebih ramping berbentuk tabloid.
Ada media yang berbentuk majalah atau buku. Ataupun dalam versi ringkas, sekadar bacaan ringkas, bisa berupa traktat, stensil, leaflet, brosur.
Ketebalannya bisa bervariasi. Ada yang puluhan halaman, ada yang bisa mencapai ratusan.
Macam-macam aneka dan bentuknya. Namun tujuannya satu. Memberikan sebuah pesan, informasi kepada pembacanya.
Entah itu dibuat dengan kata-kata manis, dan ada hal yang tak tersampaikan di dalamnya; itu urusan belakangan. Namun intinya dengan pemyampaian informasi itu, pembaca dapat dibuat percaya.
Hoaks di Masa Kolonial Belanda
Pada masa kolonial Belanda, sebuah informasi walaupun jelas siapa yang menulis dan media apa yang memberitakannya, bisa jadi akan menjadi perdebatan sengit. Apalagi jika menyangkut nama korps.
Tak mau nama institusinya tercoreng, perlu ada klarifikasi yang jelas. Apakah informasi yang disajikan itu benar atau mengada-ada.
Berkaitan dengan Hari Pers Nasional (HPN 2022) yang jatuh pada hari ini, 9 Februari, saya ingin mengulas kembali sisi lain dari tulisan lampau tentang "Peniwen Affair."