Lihat ke Halaman Asli

hendra setiawan

TERVERIFIKASI

Pembelajar Kehidupan. Penyuka Keindahan (Alam dan Ciptaan).

"Save Aksara", Upaya Menyelamatkan Aksara Nusantara

Diperbarui: 11 Maret 2021   19:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tangkap layar berita sore hari ini, 11/3/2021 (dok, pri)

Sore ini, pandangan mata tertuju pada sekumpulan berita utama seperti dalam tangkap layar di atas. UNESCO, PANDI, hingga trending topic di linimasa twitter (baca tulisan sebelumnya berjudul Save Aksara).

Awalnya tak paham. Sampai scrolling cuitan warganet pun demikian. Hanya deretan kata-kata dukungan semata. Ada apa dengan tagar Save Aksara tersebut?

Seperti biasa,akhirnya berkelanalah sendiri ke berbagai situs untuk mencari tahu agar lebih jelas. Dan demikianlah cerita yang bisa disusun ulang.

Digitalisasi Aksara

Grand launching program Merajut Indonesia Melalui Digitalisasi Aksara Nusantara (MIMDAN) sebenarnya sudah terselenggara pada Sabtu, 12 Desember 2020 lalu. Peresmian ini dilakukan bersama antara PANDI (Pengelola Nama Domain Internet Indonesia) dan didukung oleh UNESCO (United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization).

Pada Januari 2021, sudah ada 7 aksara daerah yang sedang dalam proses digitalisasi, yaitu Jawa, Sunda, Bugis (Lontara), Rejang, Batak, Makassar, dan Bali. Sedangkan 20 aksara daerah lain, menunggu untuk di-digitisasi. Digitisasi sendiri adalah langkah menghadirkan aksaranya.

Digitisasi Aksara di Unicode sendiri adalah suatu standar teknis pengodean internasional mengenai teks dan simbol dari sistem tulisan di dunia untuk ditampilkan pada komputer, laptop, atau ponsel.

Unicode adalah standar dalam dunia komputer untuk pengodean (encoding) karakter tertulis dan teks yang mencakup hampir semua sistem penulisan yang ada di dunia. Dengan Unicode, pertukaran data teks dapat terjadi secara universal dan konsisten.

Pengembangan digitalisasi aksara ini bekerja sama dengan para akademisi. Misalnya, aksara Sunda, bekerja sama dengan akademisi dari Universitas Padjadjaran. Aksara Jawa melibatkan Universitas Gadjah Mada. Aksara Bali bermitra dengan Universitas Udayana.

Secara khusus, untuk proses digitalisasi aksara Jawa telah mencapai tahap pendaftaran ke asosiasi internet global ICANN. Setelah terdaftar, baru aksara tersebut dapat digunakan di internet. Menggandeng UNESCO dilakukan agar proses ini dapat berjalan lebih cepat.

Kolase gambar dari twitter/PANDI

 Menyelamatkan Warisan
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline