Memberi pujian atau penghargaan kepada orang lain, itu sudah biasa. Terlalu jamak di manapun adanya.
Apalagi jika orang tersebut berprestasi, membanggakan. Apresiasi tinggi diberikan kepada mereka. Bahkan kenal atau tidak, ucapan selamat atas penghargaan itu bisa datang seperti air yang mengalir.
Memberi penghargaan atas jasa seseorang, itu barangkali juga bukan berita baru. Sebut saja misalnya tukang becak atau pengemudi taksi diberi penghargaan karena kejujurannya mengembalikan dompet atau tas penumpangnya yang ketinggalan.
Polisi memberi penghargaan kepada warga karena jasanya menggagalkan aksi perampokan. Perusahaan jasa angkutan angkutan umum massal (kereta api, maskapai penerbangan) memberikan penghargaan kepada pegawai kontrak dengan mengangkatnya menjadi karyawan tetap karena jasanya menyelamatkan pengguna jasa dari bahaya maut.
Cerita-cerita seperti itu sudah dianggap wajar dan sepertinya biasa. Tak ada lagi kesan surprise (kejutan). Walau tak terlibat di dalamnya, sebagai penonton, jadi jamak juga bisa ikut tersenyum dan terharu menyaksikan pemandangan ini.
Menghargai Diri Sendiri
Nah, bagaimana jika penghargaan itu diberikan kepada diri sendiri? Wah, senang juga tentunya. Kerja keras atau karya kita juga diapresiasi oleh orang atau lembaga lain. Naik gengsi jadinya.
Tetapi bagaimana jika penghargaan itu diberikan oleh dan kepada diri sendiri? Bukan oleh seseorang atau siapapun di luar sana. Diri sendiri menghargai dirinya sendiri.
Hmm, agak aneh rasanya, tetapi itu kadang juga perlu dilakukan.
1. Bukan Narsis
Memberi penghargaan pada orang lain saja, bisa. Mengapa untuk diri sendiri, tidak bisa atau tidak boleh? Sah-sah saja sebenarnya.