Suatu ketika pada masih muda.... Memangnya sekarang sudah tua, ya? Hahaha.... bukan begitu, Masihlah, masih termasuk golongan usia produktif; semangatnya harus tetap muda walau tongkat estafet sudah diberikan.
Kala itu kami mengadakan kesempatan mengadakan sebuah acara dengan menginap di alam terbuka. Ya, bukan di hotel mewah atau vila nan istimewa. Terlalu manja untuk jika di sana untuk menggembleng jiwa paramuda.
Berlokasi di alam pegunungan sebuah tempat wisata di Batu, Jawa Timur, panitia acara menggandeng juga komunitas pecinta alam (PA). Keterlibatan mereka tentu bukanlah sebagai peserta aktif yang ikut dalam acara. Namun hanya sebagai pemandu dan penjaga dari segala kemungkinan yang tidak diharapkan.
Ya, tinggal di kawasan hutan, berkemah, tentu bukan perkara mudah. Apalagi bagi anak-anak rumahan. Bagaimana bila tetiba ingin buang air kecil atau BAB. Mau ke mana? Masa ngumpet, diam-diam keluyuran, cari tempat yang jauh dari pandangan mata? Iya, kalau di area terbangun, tanya toilet di mana, arahnya jelas.
Walaupun dalam acara ini tidak ada materi khusus soal lingkungan hidup, hanya ulasan atau sentilan ringan sebagai pengingat, namun secara tidak langsung, peserta acara juga dapat belajar sendiri lewat apa yang sudah mereka dapatkan selama mengikuti acara. Pelajaran mental dan spiritual bagaimana mewujudkan penghargaan atas karya cipta Tuhan terhadap alam lingkungan sekitar.
Salah satu 'adegan' menariik yang masih melekat pada ingatan, tatkala usai kegiatan --sementara tenda-tenda penginapan dibongkar kembali-- seorang anggota PA membuat sebuah lobang kecil di tanah. Di area sekitar sisa abu pembakaran "api unggun" malam sebelumnya.
Kemudian, dengan sepatu bagus yang dipakainya, kaki-kaki terampilnya mengumpulkan serakan abu tadi pada lubang yang ada. Tentu saja, sepatu yang dikenakannya itu menjadi terlihat kotor.
Sambil asyik memasukkannya ke dalam lobang tadi, seorang peserta dengan spontan mengatakan, "Mas, eman sepatune kotor (Mas, sayang, sepatunya jadi kotor)."
Tetapi apa jawaban yang didapatkan? "Ah, gak popo (Ah, tidak apa-apa). Daripada alam kita yang kotor, lebih baik sepatu kita yang kotor. Sepatu kan masih bisa dibersihkan..."
***