Surabaya boleh bangga. Sebentar lagi, mimpi punya kebun raya mangrove pertama di dunia bakal terwujud. Mimpi itu diwujudkan melalui dukungan Yayasan Kebun Raya Indonesia (YKRI).
Barangkali, tak banyak yang tahu --termasuk penulis, yang tahunya juga tak sengaja-- mengenai kegiatan ini. Surabaya, yang pada malam sebelumnya masih menggelar event Surabaya Urban Culture Festival (SUCF), di pagi hari suasananya sudah berubah total. Jalan legendaris yang kini elok rupawan, Tunjungan, kembali punya gawe. Namanya adalah Jaga Bhumi Festival 2018. Sebuah gerakan yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya 'Kebun Raya ' sebagai kawasan konservasi keanekaragaman tumbuhan di Indonesia. Tema yang diangkat adalah Kembalikan Kejayaan Alam Indonesia.
Menurut panitia, kegiatan ini ditargetkan mendapat kunjungan 50 ribu orang. Dimulai dari pkl. 6 pagi hingga 10 malam. Berbagai jenis acara yang diadakan, di antaranya adalah Fun Walk, Festival Bunga, Jaga Praja (pameran UKM dan pertunjukan komunitas). Selain itu ada Jaga Cilik (permainan tradisional anak Indonesia, dan lomba mewarnai), Jaga Wiyata (edukasi lingkungan di sekolah), Jaga Raga (aktivitas olahraga, zumba), Jaga Sakra (sarasehan 84 orang penerima penghargaan Kalpataru).
Sebagai hiburan, pertunjukan musik Jaga Gita diramaikan oleh grup musik Tipe-X, White Shoes and the Couples Company, dan The SIGIT. Untuk anak, ada Zara Leola. Kegiatan lain adalah Jaga Prakasa (simbolis pencanangan Kebun raya Mangrove Surabaya), dan Jelajah Bumi Komunitas Sepeda (1000 km perjalanan Jakarta-Surabaya).
Pemilihan kota Surabaya sebagai tuan rumah acara ini (27-29 April 2018), tentu tidak lepas dari berbagai prestasi Surabaya di bidang lingkungan hidup. Konsistensi Pemerintah Kota Surabaya terhadap pelestarian lingkungan, membuat YKRI tertarik menjadikannya sebagai program besar tujuan jangka panjang.
Supaya tidak lupa juga, berkat mangrove pula, salah satu warga kota Surabaya, Lulut Sri Yuliani, pernah mendapat Kalpataru, kategori perintis lingkungan pada tahun 2013. Keren kan? Siapa nyana, tinggal di kota metropolitan tapi bisa memenangi penghargaan ini.
Rencana Kebun Raya Mangrove di Surabaya
Oh ya, bagi yang belum tahu istilah mangrove. Kata ini memang lekat dengan wilayah pesisir. Jadi kalau yang tinggalnya jauh dari wilayah kota/kabupaten yang memiliki pantai, mungkin masih asing. Mangrove adalah formasi tumbuhan khas di pantai tropis dan subtropis yang terlindungi. Salah satu fungsi utamanya adalah sebagai penjaga pantai dari ancaman abrasi laut. Hari mangrove sendiri diperingati setiap 26 Juli.
Berdasarkan data One Map Mangrove, luasan ekosistem mangrove di Indonesia sendiri ada sekitar 3,5 juta hektare. Terdiri dari 2,2 juta ha di dalam kawasan, dan 1,3 juta ha di luar kawasan mangrove. Ekosistem mangrove tersebut berada di 257 kabupaten/kota, yang sebagian besar ekosistemnya telah mengalami kerusakan.
Kerusakan tersebut disebabkan sebagian besar karena konversi lahan menjadi area penggunaan lain, misalnya kawasan perumahan. Selain itu adanya perambahan, hama dan penyakit, pencemaran dan perluasan tambak, serta praktik budidaya yang tidak berkelanjutan.
Di Surabaya, wilayah mangrove berada di tiga kawasan kecamatan yang berdekatan, yakni Gunung Anyar Tambak, Wonorejo dan Medokan Ayu. Total luasannya sekitar 2.500 hektar, yang keseluruhannya berada di Pantai Timur Surabaya (Pamurbaya). Namun, milik pemkot (pemeritah kota) hanya sekitar 200-an hektar. Lainnya sudah dikuasai oleh penduduk dan pengembang. Pada tahap awal, lokasi yang dipilih ini berada di Kecamatan Gunung Anyar.