Dua puluh tahun lamanya, tapi tidak terasa. Sister city yang digagas kota Surabaya dan Kochi, Jepang ternyata sudah berjalan sekian lamanya. Tepatnya, pada 17 April 1997, kerjasama dua kota ini dimulai.
Keintiman ini terus berlamjut melalui program pertukaran budaya. Salah satunya adalah gelaran Festival Yosakoi, yang dirintis sejak tahun 2003. Kala ini juga untuk menandai sebagai "Tahun Pertukaran Masyarakat Jepang-ASEAN".
Nah, berhubung Surabaya juga terkenal dengan tari Remo-nya, maka dua varian kesenian ini lantas dilebur menjadi satu even bersama. Maka, jadilah mata acara baru bertajuk Festival Remo dan Yosakoi.
Oh ya, sedikit catatan. Berdasarkan perkembangan sejarahnya, dulunya tari remo ini merupakan seni tari yang digunakan sebagai pembuka dalam pertunjukan kesenian ludruk. Namun seiring berjalannya waktu, fungsi dari tari remo pun mulai beralih dari pembuka pertunjukan ludruk menjadi tarian penyambutan tamu, khususnya tamu-tamu kenegaraan.
Pada awal bulan Juli ini, pada hari Minggu, tanggal 9, untuk kali yang ke-15, kegiatan penghubung dengan acara internasional lainnya, Surabaya Cross Culture Festival (CCF) ini pun kembali digelar. Bertempat di Taman Surya, Balaikota Surabaya, sebanyak 48 tim remo (kategori anak 34 dan remaja 14) serta 32 tim yosakoi (kategori anak 10 dan dewasa 22) turut berlaga.
Pada momen spesial kali ini, walikota Kochi hadir bersama rombongan berjumlah 48 orang. Selain nantinya menggelar workshop, delegasi tamu juga membuka stand pariwisata untuk memperkenalkan kota Kochi. Tampak keramahan para delegasi tamu saat mereka didatangi warga kota. Selain memyediakan brosur/leaflet, mereka dengan sigap juga menawarkan untuk berfoto bersama dengan asesoris yang telah tersedia.
Antusias ini pun disambut hangat oleh warga yang berdatangan sejak sebelum pukul 7 pagi (sementara seremoni acara baru dilakukan pada sekitar pkl. 08.30-08.45 WIB). Tidak hanya para pengunjung semata, tapi juga para peserta festival tari remo. Jadinya, terlihat paduan unik dua budaya, lintas generasi.
Sebelum menyampaikan sambutan, Walikota Kochi, Seiya Okazaki didaulat untuk ikut menarikan yosakoi bersama tim penari yang khusus dibawa dari Kochi. "Saya sangat berterima kasih atas digelarnya festival Tari Yosakoi yang merupakan tari tradisional Kochi. Kami juga berharap kerjasama yang sudah terjalin selama 20 tahun, bisa menambah sektor kerjasama selain ekonomi dan pertukaran budaya," kata Okazaki.
Sementara itu, Tri Rismaharini, Walikota Surabaya, memaparkan, selama ini kerja sama Surabaya-Kochi berwujud pada pertukaran pelajar, pertukaran budaya dan pertukaran ekonomi. Nah, ke depannya, akan ada peningkatan untuk menambah kualitas kerja sama kedua kota.
"Kami berharap Surabaya bisa menjadi rumah kedua bagi Anda semua. Ini merupakan festival yang spesial, dan perlu saya sampaikan bahwa di beberapa sekolah di Surabaya telah memiliki kelompok tari yosakoi," terangnya.
Setelah prosesi ringkas pembukaan, gelaran Festival Remo dan Yosakoi pun segera dilaksanakan. Masing-masing tim diperkenankan berkreasi semenarik mungkin tanpa meninggalkan pakem yang ada. Penilaian juara didasarkan pada kostum dan gerakan (tarian). Masing-masing kategori diambil dua yang terbaik. Lalu ada pula yang menjadi juara umum. Sementara, pada Festival Trmo ada penghargaan 10 peserta terbaik nonjuara.
Demikian sekilas pandang acara. Sampai jumpa di next event menarik lainnya di Surabaya.... Yo, siapa mau datang?!
Tambahan informasi dari:
nusakini.com; id.wikipedia.org; regional.liputan6.com; wagataberita.com; news.detik.com; beritajatim; biz.kompas.com; travel.akurat.co.id; suryakabar.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H