Lanjutan...
Sebelumnya... part 1: “Karnaval Agustusan”
Panen Foto
Bagi yang suka foto, karnaval bisa menjadi momen langka untuk berfoto bersama dengan salah satu atau beberapa peserta. Tak jarang, aksi mereka sesekali terhenti hanya karena penonton memintanya untuk berfoto bersama. “Ya, kapan lagi? Toh kalau tak ada acara begini, mereka kan emoh (tak mau) juga difoto atau dimintai foto bersama. Betul, kan?!”
Ya, karnaval bisa menjadi ajang apresiasi. Tak jarang para orang tua (biasanya sih ibu-ibu) yang meminta, “Ayo, Dik, foto sama mbak-nya yang cantik itu.” Tapi, bisa juga teman atau kenalan dari para peserta itu sendiri. Senyampang ada kesempatan langka.
Tentu saja, mau tak mau, yang terpilih ikut meladeni permintaan tersebut. Kalau ada yang mengawal, barulah sesi minta foto bareng itu tak jadi terlaksana, karena akan dianggap menghambat laju peserta karnaval.
Dalam keadaan yang capek karena berjalan jauh (ada yang memakai sepatu hak tinggi), pegal-pegal, rasa haus yang menghinggapi, adalah hal yang manusiawi. Namun ada nilai positif yang bisa diwartakan peserta, setidaknya sikap profesionalitas dalam berkarya. Walaupun skalanya masih dalam bentuk karnaval, meskipun dari segi usia masih muda (usia sekolah menengah), rasa percaya diri dan mental kedisiplinan itu nampak jelas.
Mereka akan tetap berusaha untuk bisa tersenyum pada orang lain, meskipun barangkali dongkol juga dalam hati. “Ah, masak nggak lihat orang lagi capek begini. Mana finish-nya masih jauh lagi....”
Yang kasihan sebenarnya juga adalah kawan-kawannya yang lain, yang tidak dimintai untuk berfoto bareng. Bagaimana ya, perasaan mereka ketika melihat dan merasakan, “Ya dia lagi... dia lagi yang difoto.” Maaf lho ya, cuma opini, belum tentu juga yang sebaliknya. Nggak sampai hati untuk bertanya :).
Ayo coba, perhatikan yang tampil di foto ketika karnaval diadakan. Baik itu di koran, majalah atau situs online. Mereka yang fotogenic yang kerap ditampilkan. Kenapa demikian, ya, karena indah dipandang. Alasan simpel saja. Naluriah. Toh itupun sebenarnya sudah di-setting sama yang punya gawe,bukan?! Juru potret/kamera kan tinggal mengambil gambar sesuai rasa dan logikanya (benar begitu, ya?!)...
Karnaval, Pestanya Rakyat