Pesawat Ngebut Kejar Waktu?
Ini kisah perjalanan nostalgia, kejadiannya tahun 2005. Saya pergi dinas kerja ke Tokyo naik Singapore Airlines rute Cengkareng - Changi - Narita.
Di Changi stop over sekitar 1 jam, ternyata molor jadi 90 menit. Penerbangan Singapura - Tokyo yang seharusnya berangkat pukul 23 Waktu Singapura, terlambat 30 menit, baru berangkat pukul 23.30.
Selama penerbangan saya bilang pada teman sekantor yang pergi dinas bersama saya, "Saya punya feeling pesawat kok ngebut ya". Teman saya jawab, "Ngejar waktu barangkali, tadi delay 30 menit".
Feeling saya rupanya benar, pesawat mendarat di Narita sekitar pukul 7 lewat sedikit Waktu Tokyo, sesuai jadwal, padahal berangkat dari Changi telat 30 menit. Rupanya pesawat "ngebut" agar tiba sesuai jadwal.
Pesawat mungkin bisa mengejar waktu karena terlambat terbang untuk penerbangan yang makan waktu sekitar 6 jam ke atas. Itupun jika delay nya tidak "lama". Kalau delay 3 jam untuk penerbangan yang normalnya makan waktu 7 jam, mungkin sulit juga tiba tepat waktu. Mau "ngebut" dengan kecepatan berapa?. Lagipula benarkah pesawat ngebut?.
Penjelasan Seorang Pilot
Sebuah pertanyaan dilayangkan seorang teman kepada seorang pilot pesawat badan lebar berpengalaman lebih dari 40 tahun terbang. Seberapa sering pilot mengambil keputusan untuk mempercepat pesawatnya agar ETAnya (estimate time arrival) ontime? Bukankah sudah diset pada optimum speed agar penggunaan fuelnya efisien, kecuali dapat tail wind yang mendorong pesawat lebih cepat.
Pilot senior menjawab, "Sebenarnya pertanyaannya sudah dijawab sendiri. Saya mau ngomentari soal kenapa pesawat berangkat terlambat tapi tibanya ontime". Berikut ini penjelasan pilot senior tentang detail penerbangan.
Saat kita mau terbang dari Flight Operation kita akan mendapat weather information termasuk "Wind Chart". Nah disitu kita bisa tahu kondisi angin di atas dan kalau terbang mendapat tail wind apalagi jet stream dari belakang itu yang dikehendaki oleh para operator termasuk penerbang, karena bisa mempercepat laju pesawat juga menghemat bahan bakar, selain kita bisa terbang short cut dari jalur flight plan kalau diijinkan oleh air traffic control. Kita tak boleh mempercepat pesawat sendiri karena akan menambah penggunaan bahan bakar.
Sebaliknya kalau head wind atau angin dari depan itu akan mengurangi kecepatan dan more fuel consumed, jadi kadang-kadang bisa juga berangkat on time tapi tibanya terlambat apalagi kalau long haul flight.