Lihat ke Halaman Asli

Hendi Setiawan

TERVERIFIKASI

Kompasianer

Denmark 'Seharusnya' Sudah Merebut Piala Thomas 52 Tahun Lalu

Diperbarui: 23 Mei 2016   16:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saatnya Denmark. Sumber: sportskeeda.com

Denmark adalah salah satu super power bulu tangkis (putera) dunia sejak tahun 1950-an, di samping Indonesia, Malaysia, kemudian belakangan tahun 1980-an muncul China (RRT) dan Korea Selatan.

Sepanjang sejarah Piala Thomas yang dimulai tahun 1948-1949, tiga negara Malaya/Malaysia-Indonesia-China telah malang melintang bergantian menjuarai Pula Thomas. Baru tahun 2014 Jepang menjadi juara setelah mengalahkan Malaysia 3-2 di final dan juara baru muncul lagi pada 22 Mei 2016, ketika Denmark mengalahkan Indonesia di final dengan skor 3-2.

Jadi di dunia ini baru Malaysia, Indonesia, China, Jepang dan Denmark yang berhasil menjuarai Piala Thomas.

Kenangan Challenge Round 1964 di Tokyo
Saat itu sistem kejuaraan bulu tangkis memperebutkan Piala Thomas masih menggunakan sistem challenge round. Babak penyisihan diikuti semua peserta kecuali juara bertahan.

Denmark berhasil muncul sebagai juara babak penyisihan dan maju ke final sebagai penantang juara bertahan Indonesia. Saat itu format kejuaraan mempertandingkan 9 partai, 5 tunggal dan 4 ganda. Tunggal pertama dan kedua bermain dua kali dan saling berhadapan secara menyilang. Tunggal ketiga bermain sekali, sedangkan ganda pertama dan kedua juga masing-masing main dua kali. Sistem perhitungan skor pun saat itu masih 15 poin, ada pindah bola. Untuk ganda pun masih ada yang disebut bola kedua.

Tim bulu tangkis Denmark 1964 sebenarnya sedang dalam puncak keemasan. Di atas kertas tim Denmark diperkuat pemain-pemain top dunia saat itu, yang tolok ukurnya kejuaraan dunia perorangan tak resmi All England.

Pemain Denmark yang bermain di final Piala Thomas 1964 adalah Erland Kops (juara All England 1958, 1960-1963, 1965, 1967), Knud Aage Nielsen (juara All England 1964), Henning Borch, Finn Kobbero/Jorgen Hammerguard Hansen (juara All England 1961-1964) dan Henning Borch/Erland Kops (ganda top dunia saat itu, belakangan jadi Juara All England 1967-1969).

Pemain Indonesia yang main di final adalah Tan Ju Hok (juara All England 1959), Ferry Sonneville, Ang Tjin Siang, Unang AP/Tan King Gwan, Tutang Djamaluddin/Ferry Sonneville.

Final yang saya monitor lewat siaran langsung RRI (Radio Republik Indonesia) diselenggarakan pada 21-22 Mei 1964, pada hari pertama skor 2-2. Indonesia merebut dua partai tunggal, Denmark menang pada dua partai ganda. Indonesia berhasil menghajar dua juara tunggal All England, namun di partai ganda tak berkutik.

Pada hari kedua terjadi pertarungan menegangkan, Tan Ju Hok dikalahkan Knud Aage Nielsen, Indonesia tertinggal 2-3. Apakah Ferry Sonneville akan mampu mengalahkan Erland Kops, pemain terbaik dunia saat itu? Dengan susah payah ternyata Ferry Sonneville mengalahkan Erland Kops, untuk membuat kedudukan berimbang 3-3.

Kemudian Indonesia secara meyakinkan merebut tunggal ketiga, ketika Ang Tjin Siang -yang saat itu dijuluki banteng muda Indonesia - mengalahkan Henning Borch. Skor 4-3 untuk Indonesia.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline