[caption id="attachment_273992" align="aligncenter" width="430" caption="Anak anak bermain Tam Tam Buku ( Sumber: http://halibitonganomtatok.wordpress.com/2011/08/03/964/ ) "][/caption] Tam Tam Buku di Bogor Tahun 1960-an anak-anak di perkampungan di kota Bogor pada sore hari antara waktu Ashar dan Maghrib, pada umumnya bermain di luar rumah, karena di rumah tak ada kegiatan yang dilakukan, televisi masih sangat jarang yang punya, permainan eletronik macam anak-anak zaman sekarang belum ada. Banyak ragam permainan anak-anak saat berkumpul di lapangan terbuka, lapangan bulutangkis atau kebun pisang, yang banyak ditemukan di setiap perkampungan. Salah satu permainan anak-anak usia sekolah dasar yang sering dilakukan oleh gabungan anak anak laki-laki dan perempuan adalah 'Tam Tam Buku". Mungkin permainan ini bukan asli Jawa Barat bila melihat atau mendengar lirik lagu yang didendangkan saat anak-anak bermain. Anak-anak saat itu mengatakan lirik lagu yang mereka nyanyikan berbahasa Melayu (demikian sebagian anak-anak Sunda ketika itu menyebut bahasa Indonesia), kita simak lirik lagu berikut ini :
Tam tam buku
Celeret daun delima
Patah lembing patah paku
Tarik dingding tangkep satu
kosong .... kosong.... kosong....
eusi .... eusi ....eusi.....
Lirik lagu di atas campuran bahasa Indonesia dengan dialek Sunda, misalnya kata tangkap diucapkan tangkep, kata dinding diucapkan dingding, lalu satu bait terakhir adalah kata-kata bahasa Sunda "eusi .... eusi .... eusi...." artinya "isi ... isi ... isi...". Permainan "Tam Tam Buku" dilakukan sekelompok anak-anak, kira-kira 5 - 10 orang berbaris satu-satu seperti kereta api atau ular-ularan, paling depan biasanya anak yang paling besar. Mereka berputar-putar mengelilingi lapangan permainan kira-kira seluas lapangan bulutangkis sambil menyanyi lagu 'Tam Tam Buku" berulang-ulang, lalu barisan melewati gerbang berupa dua anak perempuan atau laki-laki yang badannya termasuk tinggi. Kedua anak membentuk gerbang dengan cara berpegangan tangan berhadap-hadapan, lalu barisan menerobos gerbang sambil agak membungkuk. Saat menerobos gerbang dan kebetulan sampai bait "eusi ....eusi.... eusi....", maka dua anak yang menjadi gerbang menurunkan tangan mereka untuk menangkap salah satu anak yang ikut barisan. Anak yang tertangkap langsung keluar barisan dan berdiri di belakang salah satu anak-anak yang menjaga gerbang sebagai tawanan. Begitu permainan diteruskan berulang-ulang sampai barisan 5 - 10 orang anak itu tertangkap semua, kecuali kepala rombongannya. Permainan diulang lagi dengan membentuk barisan baru dengan lokomotif barunya salah seorang anak yang sebelumnya menjadi penjaga gerbang. Tam Tam Buku Aslinya Dari Mana? Menurut informasi yang saya ketahui setelah melakukan googling, lagu kanak-kanak Tam Tam Buku berasal dari Tanah Melayu, yang sering dinyanyikan dengan dialek Betawi. Sebuah blog yang ditulis M Muhar Omtatok menguatkan asal usul lagu Tam Tam Buku dan gambar anak-anak bermain Tam Tam Buku, mengesankan lagu anak-anak dan permainan Tam Tam Buku berasal dari Tanah Melayu, Sumatera Timur. Berikut ini lirik lagu Tam Tam Buku versi bahasa Melayu (mungkin bahasa aslinya):
Tam tam buku, seleret tiang bahu, Patah lembing, patah paku, Anak belakang tangkap satu Bunyi lonceng pukul satu Apakah anak-anak di Tanah Melayu masih bermain Tam Tam Buku?Saya tak tahu persis, apakah masih dimainkan di perkampungan atau pemukiman, akan tetapi mungkin permainan ini masih dinyanyikan dan dimainkan dalam festival seni. Masih adakah permainan ini di Bogor, Jawa Barat? Tampaknya tak ada lagi anak-anak yang bermain ular-ularan sambil menyanyi "Tam Tam Buku". Bila mau diperkenalkan kembali, permainan ini cocok dijadikan permainaan anak-anak TK atau murid-murid SD kelas 1 - kelas 3. Mudah-mudahan permainan Tam Tam Buku versi Bogor memperkaya permainan anak-anak tradisional yang sedang dibangkitkan kembali oleh Kompasiana dan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, melestarikan kekayaan budaya dan keindahan alam Indonesia seperti dapat kita lihat di Indonesia Travel.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H