Lihat ke Halaman Asli

Hendi Setiawan

TERVERIFIKASI

Kompasianer

Bis Limousine dan Imigrasi Jepang, Customer Delight!

Diperbarui: 24 Juni 2015   18:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13610284071813755253

[caption id="attachment_243644" align="aligncenter" width="640" caption="Airport Limousine Bus (Sumber: bartman905.wordpress.com)"][/caption] Limousine dan Imigrasi Jepang. Tiap Lebaran Haji atau Idul Adhabanyak kaum Muslimin yang berkurban sapi berbadan subur yang dijuluki sapi limosin. Di Amerika orang-orang kaya naik sedan limosin berpintu 6, mobilnya panjaaaang banget, kalau masuk gang di Rawamangun nggak bakalan masuk barangkali, mau belokpun susah.  Saya pernah beberapa kali naik limosin yang lain, yang ini bis limousine. Kondisi bis limousine yang nyaman ini di Indonesia  kira-kira setara  bis pariwisata atau bis antar kota jarak jauh kelas prima. Bis limousine adalah salah satu moda transportasi yang menghubungkan bandara Narita yang berjarak sekitar 80 Km ke kota Tokyo dengan waktu tempuh 1,5 - 2 jam, kadang-kadang sejam lebih sedikit tergantung kondisi lalu lintas. Moda transportasi lainnya adalah kereta api yang kondisinya mirip Cirebon Ekspres dan taksi yang sangat mahal.Bis limousine dari Narita ke Tokyo mempunyai banyak route, tergantung tujuan si penumpang di kota Tokyo, misalnya tujuan Akasaka, Roppongi, Shinjuku dan TCAT (Tokyo City Air Terminal).  Bagi kebanyakan orang termasuk saya, moda transportasi bis limousine dan kereta api merupakan moda angkutan yang lebih dipilih dibanding taksi. [caption id="attachment_243635" align="aligncenter" width="366" caption="Tokyo dan sekitarnya"][/caption]

Desember 1995, 14 hari sebelum akhir tahun, saya berdua dengan teman bernama Effendy, mendarat di Narita sekitar pk 7 pagi waktu Jepang dan berencana akan menggunakan bis limousine menuju Akasaka, sebuah wilayah di kota Tokyo tempat kantor pusat perusahaan FX berada.

Dibanding penumpang pesawat lainnya, saya dan Effendy kebetulan paling lama diperiksa oleh petugas imigrasi Jepang. Waktu petugas menanyakan alamat tempat tinggal di Jepang, "Where do you  live?" saya jawab sebuah hotel di Akasaka, petugas Imigrasi bilang “Hotel is not the address”.  Ya memang tapi tempat menginap, "I am visitor", jawab saya.  Jawaban saya rupanya memancing banyak pertanyaan lain dari petugas imigrasi, intinya sih dia curiga pada kami berdua, padahal paspor, visa, tiket Garuda pergi pulang lengkap. Akhirnya saya perlihatkan selembar fax, undangan rapat kerja dari FX, baru dia manggut-manggut. Mungkin petugas imigrasi Jepang khawatir kami akan menjadi imigran gelap seperti orang Iran yang  saat itu banyak berkeliaran di Takea -salah satu kawasan di Tokyo- atau menduga kami adalah anggota rombongan orang Indonesia yang akan magang di perusahaan Jepang (?).

Akibat lama tertahan di imigrasi Narita, saat naik bis limousine penumpang sudah sepi dan hampir tak percaya saya ketika bis limousine melaju keluar Narita lalu menuju jalan tol langsung menuju Tokyo dengan penumpang dua orang Indonesia saja. Saya bilang kepada Effendy, “Tak salah nih bis cuma mengangkut kita berdua, apa nggak rugi?”.  Naik bis limousine berpenumpang dua orang dengan ongkos tak sampai JPY 6000  seperti naik bis limousine pribadi saja, kejadian sangat langka dan hanya sekali-kalinya saya alami dari beberapa kali kunjungan ke Jepang. Biasanya bis limousine yang saya tumpangi minimal terisi separuh kursi bis dan seandainya harapan saya terpenuhi naik bis limousine sendirian atau berdua saja kasihan juga perusahaan bis Jepang, rugi bandar Nippon-san.

Customer Satisfaction, Customer Delight. Layanan istimewa ini merupakan komitmen bahwa bis berjadwal yang menghubungkan bandara Narita ke kota Tokyo akan berangkat tepat waktu berapapun penumpang yang diangkut. Demi kepuasan pelanggan bahkan melebihi harapan pelanggan, customer delight!. Bagaimana pelayanan petugas imigrasi Jepang di Narita? Dapat saya pahami, mungkin saat itu banyak kasus imigran gelap di Jepang, atau petugas mengira kami pekerja magang seperti serombongan anak muda Indonesia yang satu pesawat dari Jakarta. Bagamanapun pemeriksaan yang terlalu lama tetap saja mengecewakan pengunjung yang berdokumen lengkap.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline