Lihat ke Halaman Asli

Hendi Setiawan

TERVERIFIKASI

Kompasianer

Chocodot dan Chokor Made in Garut

Diperbarui: 24 Juni 2015   11:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1371371983420739868

[caption id="attachment_268232" align="aligncenter" width="416" caption="Buah tangan made in Garut (Dok. HendiS)"][/caption] Bagi generasi muda dan mahasiswa tahun 1970an, mungkin masih ingat di terminal bis Baranangsiang Bogor atau Terminal bis Kebon Kalapa Bandung banyak dijual Dodol Garut dengan kemasan khas didominasi warna pink. Bagaimana dengan oleh-oleh made in Garut zaman sekarang? Sangat mengagumkan kemasannya bagus, modern, produkpun tak hanya dodol murni tapi juga dodol aneka rasa buah dan dodol dilapis coklat. Merk dagangnyapun tak kalah menarik, simak nama Chocodot dan Chokor dengan tampilan kemasan seperti coklat Van Houten atau coklat keluaran Belgia. Dodol made in Garut yang semalam saya peroleh dari istri saya sepulang dari Garut, selain Chocodot dan Chokor, juga ada Dodol rasa Durian, Dodol aneka rasa dengan kemasan warna warni dan terkesan cerdas. Chocodot, chocolate with dodol Garut, demikian tertulis di bungkus Chocodot yang begitu pertama melihat langsung berimajinasi bahwa barang itu adalah coklat batangan semacam Van Houten.  Memang Chocodot adalah coklat campur dodol atau dodol dibungkus coklat.  Rasanya dominan coklat dan masih terasa legit-legit dodolnya. Bungkus Chocodot juga seperti disengaja mempromosikan potensi wisata daerah Garut, ada yang menampilkan edisi Jeruk Garut - bergambar Jeruk Garut yang pernah berjaya tahun 1950an-1960an -, edisi Gunung Haruman - bergambar sebentuk gunung -, edisi Gunung Talaga Bodas - bergambar telaga -.  Chocodot pun dijual dalam versi dark chocolate dan white chocolate. Chokor adalah coklat korma, diberi nama Chokor mungkin agar lebih 'nginggris' karena kalau ditulis cokor tak eloklah, itu artinya kaki dalam bahasa Sunda kasar.   Rasa Chokor tetap dominan rasa coklatnya dan rasa korma dan dodol samar-samar masih terasa. Ajiblah ! [caption id="attachment_268360" align="aligncenter" width="398" caption="Dodol Aneka Rasa (Dok. HendiS)"]

13714230521830885113

[/caption] Dodol diolah dan dikemas dengan cita rasa kelas atas ini juga ada yang tetap dijual dengan nama Dodol, sebut saja Dodol rasa durian, Dodol rasa aneka, rasa jahe madu, rasa susu, rasa wijen, rasa korma, rasa mocca dan sebagainya.   Kemasan dodol aneka rasa pun sangat menarik, ada yang dikemas dalam bentuk kotak sedang, ada yang dikemas dalam kantung-kantung unik dengan dodol dibungkus seperti permen atau coklat batangan kecil. Kemasan unit, cantik dan cerdas -menurut penglihatan saya- pastilah menarik peminat lebih banyak dibanding Dodol Garut tradisional tahun 1970an.  Hanya saja ada rasa unik, ada kemasan cantik tentu ada harga juga.  Harga Chokor Rp 10 ribu/buah, Chocodot Rp 16 ribu/buah, Dodol aneka rasa Rp 20 - 22 ribu/kantung, dodol rasa Durian yang paling mahal. Saya memang terlambat tahu perubahan wujud Dodol Garut, yang sekarang kesannya buatan pabrik profesional, terkesan berkualitas, buat saya pribadi rasa Dodol Garut versi sekarang lebih cocok di lidah dibanding Dodol Garut tahun 1970an.  Ya sudah cobain deh Chocodot, cokor eh maap Chokor dan Dodol aneka rasa atau mau dijadikan buah tangan untuk tamu dari luar Jawa Barat dan tamu dari luar negeri juga sangat pantas kok.  Dua jempol untuk produk inovatif entrepreneur Garut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline