Lihat ke Halaman Asli

Hendi Setiawan

TERVERIFIKASI

Kompasianer

Upaya Sederhana Menyelamatkan Bumi Dari Pemanasan Global

Diperbarui: 25 Juni 2015   04:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1338439476529437872

Pidato kenegaraan Presiden SBY tanggal 29 Mei 2012 yang lalu banyak disoroti media dan pengamat, pada umumnya komentar bernada negatif.   Saya pribadi berpendapat pidato itu mesti ditindaklanjuti dengan action plan dan action oleh institusi terkait, perusahaan-perusahaan terkait baik yang langsung atau tak langsung disebut oleh Presiden SBY dalam pidatonya dan sudah semestinya didukung seluruh rakyat Indonesia. Penghematan enerji yang dipidatokan oleh Presiden SBY pendekatannya dari faktor ekonomi, padahal esensi hemat enerji ini bukan barang kemarin sore, sudah lama jadi bahan perbincangan dunia.  Beberapa tahun yang lalu saya pernah terlibat aktivitas gerakan hemat enerji yang dilakukan oleh sebuah perusahaan nasional, dikaitkan dengan implementasi Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001 dan Manajemen HSE (Health, Safety and Environment). Bila pendekatan yang dilakukan demi menghambat kerusakan Bumi dan menghambat laju pemanasan global, maka gerakan hemat enerji sebenarnya menjadi kepentingan kita semua.   ISO 14001 dan HSE atau K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) dapat dijadikan senjata oleh pihak yang berkepentingan dengan  penyelamatan Bumi, misalnya Pemerintah menganjurkan dengan sangat perusahaan-perusahaan  menerapkan ISO 14001 dan Manajemen HSE, dikaitkan dengan perizinan.  Yang saya ketahui perusahaan-perusahaan minyak asing di Indonesia dan Pertamina menetapkan persyaratan menerapkan ISO 14001 dan atau Manajemen HSE bagi semua para pemasoknya, bila ingin disertakan dalam tender pengadaan barang di perusahaan-perusahaan tersebut. Hari Lingkungan Hidup [caption id="attachment_191658" align="alignright" width="300" caption="Listrik tenaga angin di pantai Yokohama (Dokumentasi HendiS)"][/caption] Setiap tanggal 5 Juni sejumlah kalangan memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia.   Esensi peringatan hari lingkungan hidup ini adalah bagaimana kita bersikap dan berperilaku sehari-hari dalam rangka menyelamatkan Bumi dari kerusakan dan menghambat pemanasan global. Terkait dengan gerakan penghambatan pemanasan global, berikut ini tulisan yang saya edit dari catatan empat - lima tahun silam : 1. Pada saat membeli kertas, belilah kertas yang sudah berlabel ramah lingkungan. Misalnya di pembungkus kertas disebutkan 'kertas ini terbuat dari bahan baku serat kayu yang berasal dari hutan tanaman'. 2. Tidak membuang sampah ke sungai, ke jalan raya -saat naik kendaaran- 3. Gunakan listrik seperlunya, matikan lampu penerangan bila suatu ruangan tidak digunakan, gunakan lampu hemat energi 4. Sampah rumah tangga dipilah menjadi sampah organik, sampah anorganik dan sampah B3. Sampah organik dapat dibuat kompos untuk menyuburkan tanaman di rumah atau di sekitar rumah. Sampah anorganik, misalnya bila plastik dikumpulkan se-RT atau se RW akan terkumpul dalam jumlah besar, diberikan atau dijual kepada pengumpul/pemulung untuk didaur ulang.  Sampah B3 (Bahan Beracun Berbahaya) di rumah tangga yang paling umum adalah batu batere bekas; jangan dibuang sembarangan, 'seharusnya' tempat pembuangan akhir dari sampah B3 adalah misalnya di PPLI Cibinong. Produsen batu batere diharapkan mulai memikirkan produk bekas mereka setelah habis dipakai akan dibuang kemana yang paling aman ? 5. Gunakan sepeda atau cukup jalan kaki bila bepergian dalam radius 1 Km dari rumah. Di kota yang tidak terlalu luas seperti kota Bogor, masih memungkinkan para pelajar atau pekerja menggunakan sepeda dari rumah ke sekolah atau ke tempat kerja. 6. Menanam Pohon di halaman rumah, tepi jalan, bantaran sungai, apalagi di area hutan yang kritis akibat penebangan serampangan. 7. Hemat air bersih mengingat makin sulit dan mahalnya akses untuk mendapatkan air bersih, terutama di kota-kota. Aktivitas lain yang terorganisasi dan membutuhkan dana lebih besar, misalnya menyelamatkan satwa liar, moratorium penebangan hutan, penangkapan ikan laut yang ramah lingkungan, rehabilitasi hutan bekas pertambangan dan menciptakan sumber enerji listrik terbarukan, misalnya tenaga angin, tenaga sampah atau tenaga surya.  Semua aktivitas yang disebut belakangan bukan hanya porsi orang per orang tetapi porsinya negara, sekalipun tetap memerlukan adanya orang yang cakap, tegas dan cinta lingkungan untuk menjalankan kebijakan negara.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline