Kejadian terpisah dengan istri di tengah keramaian ratusan ribu jemaah haji pada bulan Maret 1998, tepatnya hari Jumat, sekitar pukul 3 - 4 dinihari, tanggalnya 20 Maret. Kok bisa terpisah dengan isteri di negeri asing yang baru pertama kali dikunjungi ?
Mengapa Terpisah Dengan Isteri?
Pertama dimulai akibat kelelahan menempuh perjalanan dimulai dari Pondok Gede tempat asrama haji berada. Pukul 2 dinihari Kamis 19 Maret 1998, kami sudah dibangunkan dan sekitar pukul 4 pagi sudah menuju Bandara Halim Perdana Kusuma. Pesawat Garuda sendiri baru take off menjelang pukul 7 WIB dan tiba di Bandara Jeddah sekitar pukul 1 siang waktu Jeddah. Walaupun pukul 1 siang sudah mendarat, rombongan baru meninggalkan kota Mekkah menjelang Maghrib dan tiba di wilayah kota Mekkah yang bernama Aziziah menjelang tengah malam, lalu kami masuk penginapan, menata koper dan barang bawaan sekedarnya lalu tidur.
Hari Jumat, 20 Maret 1998, pukul 2 dinihari, kami dibangunkan pimpinan rombongan untuk siap-siap shalat Subuh di Masjidil Haram dan diperintahkan semua anggota rombongan berkumpul di lantai dasar agar rombongan dapat pergi bersama-sama. Perjalanan sehari semalam pada hari Kamis, 19 Maret 1998 dan kemudian hanya sempat tidur sekitar dua jam saja, rupanya mempengaruhi kesigapan kami untuk mengenal medan dan ketidaksiapan rombongan untuk saling cek dan ricek, apalagi tempat tidur jamaah wanita berbeda satu lantai dengan jamaah pria.
Dinihari itulah saya terpisah dengan isteri saya yang menurut salah satu jamaah wanita telah berangkat berdua dengan satu jamaah wanita lainnya menuju Masjidil Haram. Betapa lunglainya dengkul kaki saya begitu mencoba mengejar ke luar penginapan, setiba di jalan raya melihat ribuan jamaah haji dari berbagai negara berjalan menuju Masjidil Haram. Bagaimana mungkin menemukan isteri saya dan satu jamaah wanita temannya diantara ratusan ribu jamaah haji yang di mata saya dinihari itu Aziziah bagaikan lautan manusia ?
Upaya Mencari Mereka Yang Tersesat
Saat itu terus terang karena baru pertama kali ke Mekkah dan belum sempat mengenal medan karena tiba saat hari sudah gelap, tak terbayang sama sekali seperti apa kota Mekkah, kecuali Masjidil Haram agak terbayang bentuknya karena sering melihat gambar masjid tersebut.
Ketua rombongan yang kebetulan pernah kuliah di kota Mekkah menenangkan saya dan seorang jamaah pria yang sama-sama kehilangan istri menjelang Subuh. Kami disuruh berdoa dan shalat Subuh berdua di penginapan, mengingat kondisi mental kami yang benar-benar down, rombongan pergi bersama-sama ke masjidil Haram untuk shalat Subuh berjamaah dan menyelesaikan Umrah. Sebelum pergi ketua rombongan berkata pada kami, nanti bertemu di halaman masjid, di depan pintu 'Babusalam' sekitar pukul 10 pagi. Kami iyakan saja padahal lokasi yang dimaksud belum terbayang sama sekali.
Tersesatkah Isteri Saya ?
Di tengah kegalauan dan kebingungan luar biasa saya hanya bisa berdoa sambil menangis memohon ampun kepada Allah SWT, sambil membayangkan hal-hal buruk yang mungkin terjadi. Akhirnya menjelang pukul 10, saya pamit pada anggota rombongan yang isterinya bersama isteri saya terpisah dari rombongan, saya katakan akan mencoba mencari dan bapak tersebut agar tinggal di penginapan.
Allah maha penyayang, saya berjalan mengikuti arus manusia ke arah Masjidil Haram, di dekat Pasar Seng saya bertemu dengan ketua rombongan kami yang langsung memeluk saya dan mengatakan "Istri bapak dan temannya sudah ketemu, sekarang mereka menunggu di halaman Masjidil Haram, di bawah tiang lampu". Tak sabar saya menuju tempat yang ditunjukkan oleh ketua rombongan kami dan benar menemukan isteri saya dan temannya di sana. Saya tanya kenapa pergi meninggalkan rombongan ? Jawabnya ia ingin mengejar saya yang kata salah seorang jamaah sudah pergi duluan ke Masjidil Haram. Lhoo kok begitu?