Lihat ke Halaman Asli

Hendi Setiawan

TERVERIFIKASI

Kompasianer

Menyambangi Ki Tambleg di Halaman Rektorat UI

Diperbarui: 25 Juni 2015   08:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13303176561610934200

[caption id="attachment_173758" align="aligncenter" width="423" caption="Ki Tambleg di halaman Rektorat UI"][/caption]

Masih ingat Ki Tambleg ?  Bila dia manusia biasanya sebutan Ki menunjukan orang tua atau orang yang dituakan, asal Jawa atau Sunda.  Nyatanya Ki Tambleg yang tegak berdiri gagah di halaman Rektorat Universitas Indonesia di Depok dan tadi pagi saya sambangi, memang berasal dari Kabupaten Subang, Jawa Barat, dari area Perkebunan Tebu Rajawali Nusantara Indonesia dan PT Sang Hyang Seri.

[caption id="attachment_173779" align="aligncenter" width="432" caption="Batang Ki Tambleg - keliling 1010 cm dbh"]

13303207801151549399

[/caption]

Bila diusut sebenarnya Ki Tambleg ini nenek moyangnya dari Afrika, punya nama alias Asem Buto dan nama Latin  Adansonia digitata.  Ki Tambleg mahluk hidup berupa pohon tinggi besar, kabarnya dapat mencapai 30 meter dengan diameter 4 - 7 meter, konon usianya bisa sampai ribuan tahun. Faktanya di Rektorat UI, 5 dari 10 pohon Ki Tambleg yang saya kunjungi, tingginya baru sekitar 10 meter dengan keliling batang antara 4 - 7  rentangan tangan saya.   Jika dikonversi ke satuan panjang yang umum dipakai saya taksir diameter Ki Tambleg berkisar antara 185 cm cm - 321 cm dbh (diameter breast height).  Maksudnya diameter itu diukur setinggi dada orang dewasa, sekitar 120 - 130 cm dari permukaan tanah.   Jadi Ki Tambleg di UI masih punya peluang tumbuh lebih besar lagi bila merujuk informasi bahwa Ki Tambleg dapat berusia ribuan tahun dan diameternya dapat mencapai 7 meter. [caption id="attachment_173783" align="aligncenter" width="432" caption="Batang Ki Tambleg - keliling 580 cm dbh"]

13303209852022653291

[/caption]

Ki  Tambleg disebut pohon yang mampu menyimpan air sampai 4500 liter kandungan air dalam tubuhnya, buahnya mengandung vitamin C 6x lebih besar dibanding jeruk dan daunnyapun dapat dimakan.  Luar biasa, makanya 10 batang diantaranya dipindahkan dari Subang ke Kampus UI di Depok dengan tujuan konservasi dan ada maksud meneliti pohon lebih lanjut, termasuk pengembangbiakannya.  Maklum keluarga si Aki di Indonesia cuma berjumlah 20 batang dan di dunia mungkin ratusan batang saja, termasuk di tanah asalnya seperti Afrika Selatan, Tanzania dan Madagaskar di Afrika, Semenanjung Arab dan Australia juga punya species sejenis Ki Tambleg.

Keberadaannya di Perkebunan Tebu PG Rajawali dan PT Sang Hyang Seri, saya yakini ada campur tangan orang Belanda, mengingat usia Ki Tambleg yang diperkirakan ratusan tahun.   Sedangkan keberadaan Ki Tambleg di Kampus UI Depok sudah tentu berkat campur tangan Rektor UI, Prof. Dr. Gumilar Somantri.  Karena tujuannya konservasi, keindahan dan penelitian, mudah-mudahan semua sivitas akademika UI setuju keberadaan Ki Tambleg, yang terakhir datang ke UI pada bulan November 2011.

Biarkan Ki Tambleg tumbuh tegak di UI, tak mudah memindahkan pohon usia ratusan tahun dari satu tempat ke tempat lain berjarak lebih 100 Km, Alhamdulillah pagi ini lima pohon Ki Tambleg yang saya kunjungi terlihat tumbuh subur.

Berikut ini pohon Ki Tambleg di samping Gedung Balairung dan di bawahnya daun Ki Tambleg, yang posturnya mirip bentuk tangan manusia, ukurannyapun relatif tidak besar, sekelompok daun kira-kira sebesar telapak tangan manusia dewasa.

[caption id="attachment_173773" align="aligncenter" width="432" caption="Ki Tambleg di samping Balairung UI"]

1330319680551016064

[/caption] [caption id="attachment_173787" align="aligncenter" width="461" caption="Daun Ki Tambleg, 5 helai daun setara telapak tangan orang dewasa"]

13303215812042330905

[/caption] Catatan: 1. Semua foto merupakan dokumentasi pribadi HendiS 2. Sumber pustaka untuk narasi antara lain dari:  Okezone, Tempointeraktif,  Su.wikipedia.org.wiki/Ki_tambleg,  reportersubang.posterous.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline