Lihat ke Halaman Asli

Hendi Setiawan

TERVERIFIKASI

Kompasianer

Jangan Melihat Orang dari Masa Lalunya

Diperbarui: 18 Juni 2015   00:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Pagi ini saya menerima kiriman nasihat yang (mungkin) dikirim berantai melalui media sosial, sehingga akhirnya nasihat tersebut terbaca di gadget saya. Apa isi nasihat tersebut? Diantaranya ini :


  • Jangan melihat orang dari masa lalunya. seseorang yang pernah memerangi Nabi Muhammad SAW, akhirnya berbalik menjadi salah satu panglima andalan Rasulullah SAW.
  • Berilah kesempatan seseorang untuk berubah, karena seseorang yang hampir membunuh Rasulullah SAW sekarang terbaring di samping makam Rasulullah SAW.  Orang itu adalah  Umar bin Khattab, Khalifah kedua setelah Abubakar Siddik.


Nasihat di atas memang ditujukan terutama untuk umat Islam, akan tetapi dalam hidup kita sehari-hari niscaya banyak kita temukan contoh-contoh serupa, bila diberi kesempatan seseorang akan berubah menjadi orang yang mungkin pada masa mudanya tak diduga oleh orang-orang di sekitarnya. Berikut ini beberapa contoh berdasarkan pengalaman pribadi selama puluhan tahun :


  • Beberapa teman pada masa kuliah sempat tertinggal kelulusannya satu sampai dua tahun dibanding teman-temannya yang secara akademis lebih unggul saat itu. Dua puluhan tahun kemudian beberapa diantaranya ada yang berhasil meraih jabatan direktur di sebuah bank pemerintah, ada yang menjadi guru besar di perguruan tinggi, ada pula yang menjadi direksi sebuah perusahaan pertambangan swasta.
  • Seorang teman yang saat SMA tidak naik satu kali, beruntung diterima di AKABRI dan mencapai pangkat Brigadir Jenderal pada akhir karirnya.
  • Seorang teman Sekolah Dasar ketika kanak-kanak agak bandel untuk ukuran anak-anak di sekolah kami, pada masa tua saya temukan menjadi pengurus / pengasuh pondok pesantren.
  • Anak saya ketika kecil peringkatnya di kelas nyaris nomor terakhir.  Saya sarankan ia masuk Fakultas Sastra karena bahasa Inggrisnya lumayan bagus. Tanpa setahu saya ia mendaftar di Fakultas Seni Rupa dan Desain, yah saya biarkan barangkali cocok. Ternyata prestasi belajarnya bagus sekali, IP hampir 3,5 dan selesai kuliah S1 dalam waktu 3 tahun 6 bulan. Ternyata masa lalu di SD dan SMP yang kurang bagus prestasinya dibayar tunai anak saya dengan prestasi belajar yang sangat baik, karena ia cocok di bidang yang dipelajarinya.


Berikan kesempatan bagi siapapun untuk berubah (menjadi lebih baik), niscaya kita seringkali akan terkagum-kagum tak percaya dengan hasil akhir dari perubahan yang terjadi secara evolusi itu.  Perubahan bertahap, alamiah, di lingkungan yang tepat akan lebih baik hasilnya dibanding memaksakan sebuah perubahan secara revolusi atau perubahan drastis dengan langkah raksasa ala Business Process Reengineering.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline