Lihat ke Halaman Asli

Keindahan dan "Ancaman" Gunung Toba, Believe or Not

Diperbarui: 25 Juni 2015   20:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Danau Toba adalah permata Sumatera, anugerah sang Pencipta yang luar biasa. Pesona keindahan danau Toba telah dikenal luas hingga ke mancanegara. Hal ini menjadikan danau Toba sebagai salah satu daerah tujuan wisata utama di Indonesia. Selain pemandangan danau dan pegunungan yang elok, di sekitar daerah danau Toba juga dapat ditemukan rumah tradisional batak, kain tenun, tari-tarian dan berbagai macam peninggalan budaya lainnya yang sangat unik dan telah berkembang sejak ratusan tahun yang lalu. Namun di balik keindahannya, danau Toba memendam sepenggal kisah tentang hilangnya suatu masa dan runtuhnya sebuah peradaban. Sebuah peristiwa “mega collosal” yang bahkan mampu mengguncang dunia.Terletak di ketinggian 906 m dpl, sebagian besar lanskap danau Toba didominasi oleh dataran tinggi dan pegunungan. Danau Toba terbentuk dari serangkaian proses tektonik dan vulkanik selama jutaan tahun. Danau yang terletak di Sumatera Utara ini memiliki luas 1.130 km, membentang dari arah utara ke selatan dengan panjang maksimum 100 km dan lebar maksimum 30 km. Kedalaman maksimum tercatat sekitar 505 m dengan volume air diperkirakan mencapai 240 km kubik. Menurut Wikipedia, danau Toba  adalah danau terbesar di Asia Tenggara, danau ke-14 terdalam di dunia dan bahkan, memegang rekor sebagai danau tektonik-vulkanik terbesar di dunia Posisi danau Toba tidak jauh dari daerah sesar besar Sumatera (Great Sumatran Fault) yang membentang sepanjang pulau Sumatera sejajar dengan busur sunda (Sunda Arc) yang membentuk rangkaian pegunungan di Sumatera dan Jawa. Busur Sunda terbentuk dari gesekan antara lempeng Indo-Australia yang bergerak ke arah timur laut dan menyusup ke bawah lempeng Eurasia yang bergerak ke arah timur. Daerah di sekitar danau Toba tergolong daerah ber-seismik tinggi yang rawan gempa akibat gesekan antara kedua lempeng tersebut.Pergerakan lempeng tektonik yang dinamis disertai proses geologi yang cukup rumit menyebabkan sebagian daerah di Sumatera Utara mengalami pengangkatan. Hal inilah yang diduga memicu terbentuknya gunung berapi dan kawah yang menjadi cikal bakal danau Toba. Gempa 9.3 skala Richter yang menimbulkan Tsunami besar di Aceh tahun 2004, gempa 8.7 skala Richter di Nias tahun 2005 dan gempa 8.5 skala Richter di Padang tahun 2007 yang getarannya terasa hingga DKI Jakarta, menjadi bukti betapa aktifnya zona subduksi di bagian utara Pulau Sumatera.Ahli Geologi berkebangsaan Belanda, Reinout Willem van Bemmelen (1904-1983) adalah orang pertama yang melaporkan adanya lapisan ignimbrite di sekitar danau Toba dan menyatakan danau Toba adalah sebuah kaldera sangat besar dari gunung berapi yang telah meletus. Ignimbrite adalah lapisan batuan vulkanik yang terbentuk dari  debu  vulkanis dan material lain yang dikeluarkan oleh gunung berapi saat meletus dan umumnya mengandung senyawa feldspar-kuarsa. Van Bemmelen menguraikan hasil observasi yang telah dilakukan dalam bukunya yang terkenal ,Geology of Indonesia pada tahun 1949. Hasil penelitian pada tahun-tahun berikutnya semakin memperjelas “kecurigaan” para ahli Geologi tentang adanya suatu gunung berapi yang besar, tepat di posisi danau Toba saat ini berada.  Dari pengambilan sampel sedimen yang dilakukan di dasar perairan Teluk Benggala, Ninkovich et al. (1979), menemukan rhyolite, endapan material sangat halus yang komposisinya menyerupai granit dan berasal dari letusan gunung berapi. Van Bemmelen (1949) dan Stauffer et al. (1980), juga menemukan endapan serupa di berbagai lokasi di Malaysia. Sedangkan Williams dan Royce (1982), melaporkan adanya endapan rhyolite di India  yang seumur dengan penemuan van Bemmelen dan Ninkovich.Dari luas daerah sebaran, ketebalan endapan, dan analisis terhadap senyawa rhyolite yang ditemukan di berbagai lokasi, para ahli Geologi berusaha merekonstruksi dan memperkirakan seberapa besar kekuatan letusan gunung berapi di Sumatera Utara yag terjadi sekitar 73.000-74.000 tahun yang lalu. Hasilnya sangat mengejutkan, karena menunjukkan bahwa gunung berapi yang pernah ada di danau Toba bukanlah gunung berapi biasa seperti yang diperkirakan sebelumnya, melainkan sebuah gunung berapi raksasa.Ditinjau dari luas dan dalamnya kaldera yang membentuk danau Toba saat ini, para ahli memperkirakan adanya dapur magma (magma chamber) berskala sangat besar yang terdapat di bawah gunung Toba. Kuatnya lapisan bebatuan yang menjadi atap dan dinding dapur magma tidak memungkinkan munculnya celah yang dapat dilewati magma untuk keluar ke permukaan, sehingga tekanan dalam dapur magma semakin membesar. Adanya aktifitas tektonik menambah tekanan magma dan mendorong magma lebih dekat ke permukaan bumi. Pada suatu waktu, tekanan dan volume dalam dapur magma terus bertambah hingga sedemikian besar, sehingga dinding dapur magma tidak dapat bertahan lebih lama lagi. Akibat besarnya energi tekanan yang terakumulasi, atap dapur magma pecah dan runtuh secara tiba-tiba memuntahkan lava dan berbagai material vulkanis ke permukaan bumi. Gunung Toba pun meledak dengan kekuatan sangat dahsyat. Bahkan para ahli memperkirakan, kekuatan letusan gunung Toba  300 kali lebih besar dari letusan Gunung Tambora pada tahun 1815 yang mencatat rekor sebagai letusan terbesar sepanjang sejarah.


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline