Kebakaran Hutan dan Tantangan Penanganan Isu Lingkungan dalam Pilkada NTT 2024
Nusa Tenggara Timur (NTT) mengalami kasus kebakaran hutan yang cukup signifikan sejak awal tahun 2023 hingga Agustus, dengan lahan seluas 50.397 hektar yang terdampak. Kasus kebakaran terbesar terjadi pada periode puncak kekeringan antara Mei hingga Agustus (Kompas.id, 15 September 2023).
Menurut Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) bahwa, total Karhutla di NTT telah setara dengan 31% dari total karhutla nasional, yang mencapai 90.405 ha (https://databoks.katadata.co.id, 18 Agustus 2023).
Dari seluruh wilayah terdampak, Kabupaten Sumba Timur mencatat area kebakaran terluas mencapai 15.819 hektar, disusul oleh Kabupaten Alor dengan luas 8.966 hektar, dan Sumba Tengah dengan 7.793 hektar. Wilayah dengan kebakaran terkecil berada di Sabu Raijua dengan 7 hektar (Kompas.id, 15 September 2023).
Banyaknya lahan yang terdampak kebakaran memperlihatkan kerentanan NTT terhadap kebakaran, terutama di Pulau Timor dan Sumba yang didominasi padang sabana. Dengan karakteristik vegetasi yang mudah terbakar, wilayah ini membutuhkan kesadaran kolektif masyarakat untuk lebih waspada dalam aktivitas yang melibatkan api.
Kebakaran yang berulang di lokasi yang sama setiap tahun menunjukkan adanya permasalahan struktural yang belum terselesaikan. Faktor utama pemicu kebakaran adalah aktivitas manusia yang menggunakan api secara sembarangan, baik yang tidak disengaja maupun disengaja (Kompas.id, 15 September 2023).
Praktik pembakaran lahan untuk membuka area pertanian menjadi salah satu penyebab utama kebakaran, terutama karena metode ini kerap dipandang lebih mudah dan ekonomis bagi sebagian masyarakat.
Dalam proses ini, padang sabana yang luas cenderung habis terbakar, meski pohon-pohon besar umumnya masih selamat dari api. Aktivitas semacam ini sangat rentan menyulut api dan menyebabkan kebakaran besar di padang sabana, yang akhirnya memperburuk kondisi ekologi NTT.
Gayung bersambut dengan isu lingkungan dan kebakaran hutan yang cukup akun ini, menjelang pemilihan kepala daerah (pilkada) pada 27 November 2024, isu kebakaran hutan di NTT belum menjadi perhatian utama dalam visi-misi para calon kepala daerah baik Gubernur maupun Bupati.
Minimnya gagasan konkret dari para kandidat mengenai upaya penanganan kebakaran hutan dan pelestarian lingkungan ini menunjukkan bahwa isu lingkungan belum menjadi prioritas utama. Padahal, perubahan iklim yang semakin tidak menentu dalam beberapa tahun terakhir seharusnya menjadi peringatan bagi para pemimpin daerah untuk memperhatikan isu ini. Isu lingkungan merupakan aspek vital yang tidak dapat diabaikan, terutama bagi daerah-daerah seperti NTT yang sangat rentan terhadap bencana alam.
Lalu mengapa gagasan dan visi misi para kandidat kepala daerah terkait isu lingkungan, khususnya kebakaran hutan, masih belum terdengar atau mendapat perhatian yang memadai.