Memahami Paradigma Pendidikan: Antara "Legitimasi Status Quo dan Alat Transformasi Sosial"
Pendidikan, baik formal maupun nonformal, memiliki peran ganda dalam kehidupan sosial. Di satu sisi, pendidikan berfungsi sebagai alat legitimasi dan pelanggengan sistem dan struktur sosial yang ada. Melalui kurikulum, nilai-nilai, dan norma yang diajarkan, pendidikan secara tidak langsung menanamkan pola pikir yang mendukung status quo.
Lembaga pendidikan sering kali mencerminkan hirarki sosial yang ada, sehingga membantu mempertahankan kekuasaan kelompok dominan dalam masyarakat. Hal ini terjadi ketika pendidikan hanya fokus pada reproduksi sosial tanpa memberikan ruang kritis terhadap ketidakadilan.
Di sisi lain, pendidikan juga memiliki potensi sebagai alat perubahan sosial. Ketika pendidikan didasarkan pada paradigma kritis yang menekankan kesetaraan, keadilan, dan pemberdayaan, pendidikan dapat menjadi jalan untuk merombak sistem dan struktur sosial yang tidak adil.
Pendekatan ini memungkinkan individu dan kelompok untuk menyadari ketidakadilan yang ada, dan kemudian berusaha melakukan perubahan. Pendidikan yang mengedepankan partisipasi, refleksi, dan dialog kritis dapat mendorong masyarakat menuju kehidupan yang lebih inklusif dan adil.
Dengan demikian, peran pendidikan terhadap sistem dan struktur sosial sangat bergantung pada pendekatan dan paradigma yang mendasarinya: apakah mendukung pelestarian atau perubahan sosial. Artinya, paradigma pendidikan memainkan peran penting dalam menentukan bagaimana pendidikan dilaksanakan, apakah sebagai alat untuk mempertahankan status quo atau sebagai sarana untuk mendorong perubahan sosial.
Paradigma Pendidikan: Sebuah Kerangka Dasar
Mansour Fakih et all (2010) dalam buku berjudul Pendidikan Popular: Membangun Kesadaran Kritis, menguaraikan bahwa secara umum, paradigma pendidikan dapat dibagi menjadi tiga aliran utama: konservatif, liberal, dan kritis. Masing-masing paradigma ini menawarkan pandangan yang berbeda tentang tujuan pendidikan, peran guru, dan hubungan antara pendidikan dan perubahan sosial.
1. Paradigma Konservatif: Melanggengkan Status Quo
Paradigma konservatif dalam pendidikan cenderung berfokus pada melestarikan nilai-nilai tradisional dan mempertahankan tatanan sosial yang ada. Dalam pandangan ini, masyarakat dianggap sudah berada dalam keadaan yang seharusnya, dan perubahan sosial dipandang sebagai sesuatu yang tidak perlu atau bahkan berbahaya.
Para pendukung paradigma konservatif percaya bahwa ketidaksejajaran dalam masyarakat adalah konsekuensi alami dari sejarah atau takdir Tuhan. Oleh karena itu, peran pendidikan adalah menjaga kestabilan sosial dan memastikan bahwa peserta didik dapat beradaptasi dengan sistem yang ada tanpa melakukan modifikasi secara mendasar.
Paradigma konservatif memandang pembelajaran sebagai proses yang hierarkis dan satu arah, di mana guru atau fasilitator memiliki otoritas penuh atas pengetahuan yang disampaikan. Peserta didik dianggap sebagai penerima pasif yang tugas utamanya adalah menyerap informasi yang diberikan tanpa pertanyaan kritis. Paradigma ini lebih fokus pada pengulangan dan internalisasi nilai-nilai yang ada daripada mendorong partisipasi aktif atau pemikiran kritis.