Peluang Dibalik Keresahan dan Kegalauan Generasi Z
Sebagaimana berita yang dilansir media Kompas per 1-4 Agustus mecatat bahwa, meski jumlah Generasi Z mendominasi populasi di Indonesia, hampir sebagian besar dari mereka semakin sulit mencari kerja dan menganggur.
Kondisi ini kemudian membuat Gen Z memilih opsi bekerja disektor informal atau sebagai pekerja lepas dengan status tak dibayar atau pekerja keluarga (unpaid/contributing family worker) (Kompas.id, 4 Agustus 2024).
Dipikir-pikir mungkin ini adalah opsi yang paling rasional, daripada nganggur meding "cawe-cawe" urun tangan bantu-bantu ayah ibu, om tante, sanak family, tetangga. Menjaga toko, kios, menggarap ladang dan atau lainnya, meski tak dibayar.
Ada juga diantara Gen Z yang beruntung memiliki warisan atau modal usah dan atau aset keluarga, bisa membuka usaha sendiri. Namun jumlah mereka sedikit, hanya hanya 1,51 juta orang atau 8,2 persen dari total pekerja informal usia 15-24 tahun (Kompas.id, 2 Agustus 2024).
Kemudian apabila jika ada diantara Gen Z yang masuk angkatan kerja yang "frustrasi" berkerja disektor informal atau sebagai pekerja lepas dengan status tak dibayar, maka pilihan rasional berikutnya adalah berlayar atau terbang ke luar negeri menjadi pekerja migran.
Hal ini sempat diberitakan Kompas.com pada 2023 lalu bahwa sepanjang 2019-2022 terdapat 3.912 warga negara Indonesia (WNI) kelompok usia produktif 25-35 tahun memilih untuk hidup, bekerja dan menetap di luar negeri (Kompas.com, 12 Juli 2023).
Sebagai generasi yang melek teknologi informasi atau sebagai generasi digital native, tentu Gen Z sangat mudah untuk mencari pekerjaan di belahan dunia lain yang mereka gandrungi sesuai dengan skill dan kemampuannya.
Hasil survei Korn Ferry menunjukan bahwa dunia saat ini khususnya negara-negara maju membutuhkan 85 juta tenaga kerja di berbagai sektor, seperti kesehatan, kargo, logistik, konstruksi, pertanian, perhotelan dan restoran berbagai pekerjaan lainnya (Kompas.com, 10 Juni 2024).
Sebagai bagian dari bonus demografi, Gen Z di Indonesia memiliki potensi yang besar untuk mengisi kekurangan tenaga kerja tersebut, di kancah global. Opsi ini tentu bisa diintervensi oleh pemerintah untuk menjawab kerisauan Gen Z yang semakin sulit mencari kerja.
Tentunya dengan bimbingan, pendidikan, pelatihan, peningkatan kapasitas dan kebijakan yang tepat, Gen Z Indonesia dapat menjadi tenaga kerja yang kompeten dan berdaya saing tinggi di pasar kerja global.