Manusia dalam Revolusi Digital: Eksistensi, Kebebasan dan Masalah di Era Klik
Hari Media Sosial Indonesia, yang diperingati setiap tanggal 10 Juni adalah momentum penting untuk merefleksikan peran media sosial dalam kehidupan kita.
Dicetuskan oleh Handi Irawan, seorang pengusaha Indonesia, peringatan ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan edukasi masyarakat tentang penggunaan media sosial yang bijak.
Pada hari ini, masyarakat diharapkan berbagi hal-hal positif, pesan-pesan kebaikan, dan inspirasi bersama teman, keluarga, dan orang terdekat melalui media sosial.
Perayaan ini diharapkan dapat memotivasi kehidupan bermedia sosial yang lebih baik dan meningkatkan kesadaran tentang pentingnya bermedia sosial dengan bijak.
Di Indonesia, media sosial memainkan peran yang sangat signifikan dalam kehidupan masyarakat, dengan penetrasi yang sangat tinggi setiap tahunnya. Laporan We Are Social menyebutkan, jumlah pengguna aktif media sosial di Indonesia sebanyak 139 juta orang pada Januari 2024. Jumlah tersebut setara dengan 49,9% dari populasi di dalam negeri.
Data yang sama juga menunjukkan, rata-rata, pengguna media sosial di Indonesia menghabiskan waktu sekitar 3 jam 18 menit setiap hari. Dari segi demografi, Instagram memiliki jumlah pengguna aktif terbanyak di antara usia 16-64 tahun.
WhatsApp adalah aplikasi pesan instan yang paling banyak digunakan di Indonesia dengan 92,1% pengguna aktif. Instagram, platform berbagi foto dan video, juga sangat populer dengan 86,5% pengguna aktif.
Penggunaan yang meluas di berbagai kelompok usia, menunjukkan preferensi kuat terhadap platform digital yang menawarkan komunikasi dan berinteraksi secara instan dengan konten visual. Revolusi digital telah membawa perubahan besar dalam cara kita hidup dan bahkan memandang keberadaan kita sendiri.
Menggenapi judul buku "Aku klik maka aku ada" karya F. Budi Hardiman (2021) bahwa keberadaan kita diakui melalui interaksi digital. Aktivitas online kita menjadi cermin dari identitas kita, menentukan bagaimana kita dilihat dan diakui oleh dunia. Ini membuka diskusi tentang bagaimana kita memahami diri kita sendiri dan bagaimana kita dipahami oleh orang lain dalam konteks digital.
Identitas manusia tidak lagi sekadar tentang pikiran dan fisik, tetapi juga tentang aktivitas digital kita.