Lihat ke Halaman Asli

Hen Ajo Leda

TERVERIFIKASI

pengajar dan pegiat literasi, sekaligus seorang buruh tani separuh hati

Memperkuat Komitmen pada Lingkungan Hidup untuk Masa Depan yang Berkelanjutan

Diperbarui: 8 Juni 2024   22:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber Gambar: https://kabarika.id

Memperkuat Komitmen pada Lingkungan Hidup untuk Masa Depan yang Berkelanjutan 

Peringatan Hari Lingkungan Sedunia yang telah berlalu pada etiap tanggal 5 Juni, merupakan momentum penting untuk meningkatkan kesadaran global tentang perlunya menjaga lingkungan hidup bagi keberlangsungan 8,09 miliar jiwa (World Population Review, 28 Februari 2024).

Berdasarkan sejarahnya, peringatan Hari Lingkungan Sedunia bermula dari sebuah konferensi yang diusulkan oleh Swedia pada tahun 1968. Satu tahun kemudian, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyetujui untuk mengadakan konferensi di Swedia tiga tahun kemudian guna membahas masalah lingkungan. 

Konferensi ini dipimpin oleh Maurice Strong, seorang diplomat Kanada yang bekerja di industri minyak dan tambang, namun juga memiliki kepedulian terhadap lingkungan. Pada tahun 1972, PBB resmi mendirikan Hari Lingkungan Sedunia dengan slogan "Only One Earth".

Setiap tahun, Hari Lingkungan Hidup Sedunia memiliki tema yang berbeda untuk menyoroti berbagai isu lingkungan yang mendesak. Tema untuk tahun 2024 adalah "Restorasi Lahan, Penggurunan, dan Ketahanan terhadap Kekeringan". 

Tema ini berfokus pada upaya restorasi lahan yang rusak, menghentikan proses penggurunan, dan membangun ketahanan terhadap kekeringan. Tema ini juga sekaligus mencerminkan urgensi dalam menghadapi degradasi lahan yang berdampak besar pada ekosistem dan kehidupan manusia.

Di tengah hiruk pikuk perayaan Hari Lingkungan Hidup Sedunia, dunia sedang menghadapi serangkaian persoalan kompleks yang meresahkan dan menuntut perhatian serius. Salah satu ancaman terbesar terhadap lingkungan saat ini adalah pemanasan global. 

Fenomena ini terjadi karena peningkatan konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer, yang sebagian besar dihasilkan dari aktivitas manusia seperti pembakaran bahan bakar fosil dan deforestasi. Di Indonesia, deforestasi dan eksploitasi sumber daya alam menjadi kontributor utama pemanasan global.

Hutan tropis Indonesia, yang merupakan salah satu hutan terbesar di dunia, memainkan peran penting dalam mengatasi krisis iklim global. Namun, praktik-praktik pembalakan liar, konversi lahan hutan menjadi perkebunan sawit, serta eksploitasi tambang tanpa batas, semuanya memperparah kerusakan lingkungan. Kehilangan hutan tidak hanya mengurangi kemampuan bumi dalam menyerap karbon dioksida, tetapi juga mengganggu siklus air dan memperburuk kualitas udara.

Masalah deforestasi juga membawa dampak negatif yang signifikan terhadap keanekaragaman hayati. Hutan-hutan Indonesia adalah rumah bagi ribuan spesies tumbuhan dan hewan, banyak di antaranya tidak ditemukan di tempat lain di dunia. Kehilangan hutan berarti hilangnya habitat bagi spesies-spesies ini, yang bisa menyebabkan kepunahan.

Selain itu, deforestasi sering kali mengakibatkan konflik sosial dan ekonomi. Tanah yang seharusnya dikelola secara berkelanjutan oleh masyarakat adat sering kali dirampas untuk kepentingan perusahaan besar. Hal ini tidak hanya memperparah ketidakadilan sosial tetapi juga mengancam keberlangsungan hidup masyarakat adat yang bergantung pada hutan untuk kebutuhan sehari-hari mereka.

Mengatasi Tantangan Lingkungan di Indonesia

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline