Chemistry merupakan perasaan saling terhubung yang tumbuh di antara dua individu. Ini bukanlah sesuatu yang muncul begitu saja pada pertemuan pertama; biasanya, itu membutuhkan komunikasi dan interaksi yang dalam.
Namun, seringkali, chemistry sudah ada sebelum seseorang memutuskan untuk menjalin hubungan dengan orang tertentu. Sebenarnya, chemistry adalah salah satu alasan utama mengapa seseorang memilih untuk memulai hubungan dengan seseorang.
Selain perasaan terhubung, chemistry juga tercermin dalam tindakan dan perilaku kedua individu. Pasangan yang memiliki chemistry yang kuat cenderung memiliki reaksi yang serupa dan perilaku yang hampir sama tanpa mereka sadari.
Mereka bergerak dengan sinkron, seolah-olah setiap gerakan sudah diatur sebelumnya, seperti Bumi dan Bulan yang saling menyesuaikan. Keberadaan chemistry yang kuat dapat dilihat oleh orang lain karena energi yang terpancar begitu jelas.
Adanya chemistry yang kuat memperkuat hubungan seseorang dengan pasangannya. Namun, chemistry tidak hanya berlaku untuk hubungan asmara; ini juga penting dalam hubungan pertemanan, profesional, dan keluarga.
Dalam konteks perkawinan dan kehidupan berkeluarga, chemistry menjadi kunci untuk menciptakan harmoni antara suami dan istri, serta membangun relasi yang baik dengan anggota keluarga lainnya, seperti mertua, menantu, tetangga, dan lingkungan sosial.
Dokumen Familiaris Consortio: Memupuk Chemistry dalam Tradisi Perkawinan Katolik
Familiaris Consortio adalah sebuah anjuran apostolik yang dikeluarkan oleh Paus Yohanes Paulus II pada tahun 1984. Dokumen ini berfokus pada peranan keluarga Kristen dalam dunia modern dan memperkenalkan pemahaman yang lebih dalam mengenai keluarga Kristen dan mengajak umat beriman untuk memahami dan menghormati keluarga sebagai bagian dari misi Gereja.
Dalam dokumen Familiaris Consortio (1984) Paus Yohanes Paulus II menyebutkan bahw persiapan perkawinan bukanlah sekadar tentang rencana acara atau persiapan fisik semata, tetapi juga tentang kesiapan spiritual,moral, iman, emosional, dan intelektual, yang dilalui melalu tiga tahap dalam persiapan perkawinan kristiani.
Tahap Pertama: Persiapan Remota (Jauh)
Tahap pertama dalam persiapan perkawinan, menurut Paus Yohanes Paulus II, dimulai jauh sebelum seseorang memasuki masa pacaran atau tunangan. Tahap di mana anak-anak dan remaja perlu diperkenalkan pada konsep cinta dan seksualitas yang sehat.