Lihat ke Halaman Asli

Hen Ajo Leda

pengajar dan pegiat literasi, sekaligus seorang buruh tani separuh hati

Problem Fertilitas Penduduk dalam Menghadapi Bonus Demografi dan Indonesia Emas

Diperbarui: 25 April 2024   19:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber Gambar: https://geograph88.blogspot.com/

Hen Ajo Leda, Pengajar Studi Kependudukan (STPM St.Ursula)

Fertilitas atau kelahiran merupakan salah satu aspek penting dalam pertumbuhan populasi suatu negara. Angka kelahiran total (Total Fertility Rate/TFR) menjadi indikator strategis dalam mengukur keberhasilan program keluarga berencana (KB) suatu negara. 

Angka standar yang diharapkan adalah 2,1, yang menandakan bahwa setiap wanita akan melahirkan rata-rata dua anak selama masa usia suburnya, sehingga dapat menjaga kestabilan populasi.

Menurut hasil survei Badan Pusat Statistik tahun 2020, TFR di Indonesia telah mencapai 2,10. Artinya, rata-rata setiap wanita akan melahirkan dua anak selama masa reproduksinya. 

Selama satu dekade terakhir, terjadi penurunan TFR sebesar 0,39, yang diyakini berkaitan dengan keberhasilan program KB yang dicanangkan sejak tahun 1970 oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). 

Penurunan ini juga dianggap berhasil mencegah terjadinya lonjakan lahiran yang signifikan selama masa pandemi Covid-19, yang telah memengaruhi berbagai aspek kehidupan, termasuk angka kelahiran total. 

Meskipun beberapa lembaga memprediksi akan terjadi lonjakan angka kelahiran total selama pandemi, kenyataannya tidak terbukti. Sebaliknya, penurunan penggunaan alat kontrasepsi dan keterbatasan layanan kesehatan selama pandemi cenderung menyebabkan penundaan kelahiran anak, bukan lonjakan kelahiran.

Ada kekhawatiran bahwa Indonesia menghadapi resesi seks karena penurunan TFR dalam satu dekade terakhir. Namun, hal ini belum terbukti karena Indonesia masih mengalami kelebihan kelahiran bayi. Beberapa wilayah, seperti Nusa Tenggara Timur, Papua, Papua Barat, dan Maluku, masih memiliki TFR yang tinggi.

Dalam konteks ini, meskipun terjadi penurunan TFR secara nasional, masih ada tantangan yang perlu diatasi di wilayah-wilayah tertentu di Indonesia. Selain penurunan TFR, penurunan jumlah pernikahan juga menjadi isu yang patut diatasi. Menurut laporan Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2024, jumlah pernikahan di Indonesia terus mengalami penurunan signifikan.

Dalam kurun tiga tahun terakhir, jumlah pernikahan menurun sekitar dua juta, hal ini menunjukkan adanya perubahan dalam pola pikir dan perilaku masyarakat terhadap memiliki anak.

Penurunan populasi bukan hanya sekadar persoalan fertilitas, tetapi juga berkaitan erat dengan pertumbuhan ekonomi. Angka kesuburan total (Total Fertility Rate/TFR) menjadi indikator penting dalam menjaga keseimbangan populasi. Idealnya, TFR harus berada pada kisaran 2,1 untuk mencapai pertumbuhan populasi yang seimbang.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline