Salah satu tradisi dan warisan budaya masyarakat dari Kabupaten Nagekeo, NTT yang masih dilestarikan hingga sat ini adalah Tinju Adat, yang dikenal sebagai Etu. Ritual ini dilakukan secara turun temurun sebagai ungkapan syukur atas panen yang diperoleh.
Tinju adat (etu) ini sebagai simbol pengorbanan dan kesuburan. Ritual ini bertujuan untuk mempererat persaudaraan, memupuk konsistensi, dan menghargai satu sama lain untuk membentuk karakter yang baik.
Ritual Etu biasanya dilaksanakan di tempat terbuka dan dihadiri oleh orang-orang dari berbagai kampung. Petarung biasanya berasal dari berbagai kampung dan memiliki usia serta kemampuan fisik yang sebanding. Ritual ini seringkali diikuti oleh anak muda yang mencari jati diri. Biasanya, seorang petarung, sebelum memulai ritual Etu, harus memohon pertolongan Tuhan dan leluhur.
Ritual Etu biasanya dilakukan selama musim panas, khususnya bulan Juni sampai Juli, sesuai dengan perhitungan bulan dan bintang. Di kampung di Kabupaten Nagekeo, misalnya di Kampung Natalea, Kecamatan Boawae, ritual ini melibatkan lima suku yang memiliki kebiasaan sakral berbeda. Kegiatan utama termasuk upacara bakar ubi dan bakar nasi bambu, serta menyediakan ketupat untuk keluarga dan kerabat (https://nagekeo.faktahukumntt.com, 2022).
Masyarakat percaya bahwa ritual ini mengingatkan mereka akan kehadiran ilahi dan leluhur, serta menjaga perilaku mereka. Ritual ini juga dimaksudkan untuk mengembalikan manusia ke dalam tatanan alam dan keselamatan.
Ritual Etu biasanya dilakukan dalam dua hari, dengan tinju kecil dilakukan oleh anak-anak pada hari pertama dan tinju besar oleh orang dewasa pada hari kedua. Peralatan yang digunakan terbuat dari bahan alami dan petarung menggunakan kain tenun adat. Pertandingan dipimpin oleh wasit (seka) dan diiringi oleh bunyi gong gendang (go laba).
Saat malam sebelum ritual etu dikenal sebagai malam Teke Dero, di mana masyarakat berkumpul di sekitar api untuk menari dan bernyanyi. Ritual ini dianggap sebagai bentuk penghormatan kepada leluhur dan Tuhan, dengan persembahan berupa arak atau hewan ternak sebagai ungkapan syukur atas hasil panen.
Ritual Etu adalah bagian dari penghormatan kepada leluhur dan Tuhan, dipandang sebagai sesuatu yang sakral oleh masyarakat.
Sebelum ritual dilaksanakan, dilakukan doa bersama yang dipimpin oleh ketua adat, dengan menyebut nama Tuhan dan leluhur dalam setiap upacara. Masyarakat Nagekeo memiliki iman yang kuat kepada Tuhan dan menghormati leluhur mereka.