Lihat ke Halaman Asli

Hutan-Anugrah Tuhan yang Harus Kita Jaga

Diperbarui: 25 Juni 2015   22:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Memang betul Tuhan ciptakan hutan untuk umat manusia. Tidak bisa dipungkiri juga kita sangat bergantung pada hutan. Untuk setiap detik kita berhutang oksigen yang kita hirup, air yang kita minum, bencana-bencana yang ditahan hutan. Kita memang berhak untuk mengambil keuntungan dari hutan. Tapi janganlah sampai mengeksploitasi secara besar-besaran sehingga tidak bisa mempertahankan kelestariannya. Tuhan menciptakan hutan bukan hanya untuk manusia saja, tapi juga untuk makhluk hidup lain yang hidupnya bergantung pada hutan. Bayangkan jika kerusakan hutan di Indonesia kita biarkan terus menerus seperti pada gambar (konon katanya laju kerusakan hutan di Indonesia 700.000 hektar per tahun) 40 tahun lagi apakah kita hanya akan bilang ," Cucuku singa itu seperti kucing tapi besarrr.... . buaya itu seperti cicak tapi besarrr... Jaman kakek dulu kita bisa mandi dengan air bersih sepuasnya, kita bisa menghirup oksigen sepuasnya tanpa harus bayar, . . ." Oh betapa saat itu kita akan menyesal telah merusak hutan mengeksploitasi lingkungan sesuka kita. Kita akan sadar uang bukanlah segalanya. Tapi untungnya saat ini kita masih bisa mencegah hal itu terjadi. Kita masih bisa merubah sikap kita terhadap lingkungan, merubah sikap kita kepada bumi yang kita tinggali. Dimana bumi tak pernah mengeluh terhadap semua perilaku kita apapun itu, . . .tapi jangan anggap bumi akan diam terus dengan tingkah kita. Suatu saat bumi akan memperingatkan kita, dan saat itu penyesalan tiada guna. Bukankah Tuhan menciptakan manusia sebagai rahmat sekalian alam . . .Maka marilah kita menjaga hutan dan alam kita, karena itu juga sama saja kita menjaga diri dan anak cucu kita untuk hidup yang lebih baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline