Ketika Kanker Menyerang
Namanya Tisthan, usia 8 tahun. Saat ini sedang menjalani pendidikan di kelas 2 Sekolah Dasar Negeri di wilayah Jakarta Timur. Kelas 1 semester 1 dijalani dengan baik-baik saja. Sebagai anak bungsu dari dua bersaudara dari pasangan orang tua yang memahami betul konsep pendidikan dan kesehatan, Tisthan tumbuh menjadi anak sehat berambut tebal , ceria , semangat , cerdas, ramah dan senang bermain bersama teman -teman. Hobbynya melukis dan koleksi kartu pokemon
Memasuki semester 2 mulai ada sesuatu yang aneh terjadi, pemeriksaaan demi pemeriksaan dilakukan , hingga terdeteksi bahwa Tisthan menderita leukimia atau kanker darah stadium 4. Langkah pengobatan harus dilakukan 72 kali kemotherapi seminggu satu kali. Itupun membutuhkan kondisi fisik yang memungkinkan sebelum kemo dan tahap pemulihan setelahnya. Hingga desember tahun ini sudah dijalani 19 kali kemo. Masih panjang perjalanan pengobatan yang harus dilakukan
Anak sekecil ini sudah harus bertarung melawan penyakitnya. Rambut tebalnya sudah habis tanpa sisa. Kemampuan psikomotornya sangat terbatas. Banyak pula batasan makan dan minuman yang dapat dikonsumsi. Penyakit yang dideritanya membuatnya termotivasi untuk mengerti penyakitnya, hingga Tisthan bercita-cita men jadi ahli kanker.
Konsekuensi dari melemahnya kondisi fisik, membuat Tisthan tak mampu lagi hadir di sekolah. Orang tuanya mendatangkan guru les yang membantunya belajar di rumah. Dalam keadaan sakit , semua anak harus tetap belajar yang tentu saja disesuaikan dengan kemampuan fisik dan psikisnya. Untuk beribadah , seminggu sekali Tisthan yang beragama Hindu di ajak untuk bersembahyang di Pura agar hatinya terhibur dengan doa-doa dan keyakinan akan kesembuhan dari Tuhan.
Sekolah sangat inklusif, memberi kemudahan fasilitas belajar melalui hybrid Learning. Tugas -tugas belajar diberikan secara online oleh Bu Guru melalui WA, dan secara rutin setiap bulan sang mama akan mengantarkan hasil belajarnya di rumah ke sekolah. Sesekali orang tuanya mengirimkan video dan foto proses Tisthan menulis, membaca, menggambar , berhitung dan kadangkala hanya sapa bu guru melalui video Call dan voice note. Ketika kondisi fisiknya memungkinkan Tisthan akan dapat belajar bersama- sama di kelas melalui link Google meet, dengan layar yang dihadapkan ke penjuru kelas secara bergantian. Hal ini agar Tisthan merasa ikut belajar di kelas sebagai pengobat rasa rindunya.
" Tisthan masih kemo bu guru, belum selesai, ada 4 obat masing -masing 12 jam . semalam mual dan tidak bisa tidur. Janji pagi ini lanjut menulis cerita diganti main godzila ", demikian salah satu chat mama sebagai komunikasi dan laporan pada Bu guru.
Tisthan bersemangat untuk sembuh, bisa kembali sekolah dan bermain bersama teman -teman. Dukungan keluarga, sekolah dan teman-teman merupakan kekuatan utama baginya, bahwa hidup masih panjang . Banyak wilayah Indonesia dan belahan dunia yang belum dikunjungi, banyak ilmu yang masih harus dipelajari, banyak permainan yang ingin dimainkan bersama teman-teman dan cita -cita yang belum tercapai.
Dari Tisthan kita dapat belajar bagaimana berjuang untuk hidup dan sehat. Jangan sia-siakan kehidupan dan kesehatan yang harus disyukuri. Semangat belajarnya yang tak surut dalam keterbatasan kondisi kesehatan, walau kadang merasa lelah.
Mohon dukungan do'a dan semangat bagi Tisthan. Si kecil yang ganteng, cerdas dan hebat untuk menemukan dunianya kembali.