Dalam Remang Senja Puncak Dua
Berangkat lebih pagi dari biasanya, berharap pulang sebelum sore. Mengisi awal liburan sekolah, hanya berdua suami kami berangkat dengan semangat dan bahagia karena akan panen singkong di lahan kecil Jonggol.
Walau sudah musim hujan , namun sudah sejak tiga hari lalu cuaca sangat panas. Tak masalah sebenarnya , malah perjalanan lebih lancar dan lalu lintas lengang.
Ternyata perbaikan jalan untuk dicor sudah sampai gerbang kavling, kendaraan harus lewat bergantian dengan kondisi sisi jalan cor masih basah.
Sampai di lokasi gerbang darurat terbuat dari bambu dan diikat kawat menutup kavling kecil kami. Kubuka perlahan lilitan demi lilitan atas dan bawah hingga terbuka lebar. Memasuki lahan , nampak rimbun daun daun singkong muda menyambut dengan sentuhan lembutnya.
Kupandangi sekeliling, sepi, hanya terlihat hamparan lahan -lahan kavling tetangga yang kosong dengan ditumbuhi rumput dan semak rendah. nampak sejajar lahan kami, sudah ada dua bangunan baru setengah jadi tanpa penghuni. Ya, lahan kavling disini mayoritas hanya untuk investasi sehingga pembangunannya terjedda dana.
Kami memasuki bangunan kecil kami yang hanya 18 meter, itupun baru 30 persen yang penting berdinding dan beratap. Dibantu mamang penjaga lahan warga sekitar, batang demi batang singkong pun tercabut hingga tersembul akar akarnya yang membesar .
Hal yang luar biasa bagiku, saat paling bahagia bagi penanam adalah saaat memetik hasil. Dari 20 cm batang singkong , menunggu 7-8 bulan dapat menghasilkan akar-akar membesar yang disebut singkong, yang bisa dikonsumsi menjadi berbagai olahan enak .
Memeriksa beberapa tanaman lain yang mulai ceria kembali setelah lesu karena kemarau panjang . Pohon alpukat dan mangga gedong gincu yang kutanam kala pandemi , sudah mencapai 2 meter, jambu kristal yang menguning daun-daunnya, srikaya yang bertunas dan muncul buah -buah kecil, pisang uli yang masih remaja, lengkeng yang berbunga lebat , jeruk lemon dengan satu buah yang menguning serta dua tunas pohon nanas yang nampak subur.