SI CERIWIS
Sudah dua hari Rainy tidak masuk sekolah , sejak demam di sekolah kemarin. Kelas terasa sepi tanpa suara ceriwisnya. Terbayang wajah lugu polosnya tanpa ekspresi, rambut tipis lurus sebahu, gigi ompong 3, barisan paling depan. Tubuh mungil lincah yang tak bisa duduk tenang. Tiap ada kesempatan pasti maju ke meja guru, sesekali memijit punggungku, lumayan ...pijatan lembut tangan mungil murid kelas 1 sekolah dasar ternyata mampu meredakan pegal pegal tangan setelah koreksi.
Pernah diawal tahun pelajaran, para guru diminta mendata siapa saja murid yang sudah tidak memiliki ayah. Aku pun mengumumkan hal itu dikelas dengan bahasa yang mereka fahami. Spontan wajah Rainy menunduk dengan wajah sedih. Sementara murid yang lain terdiam, karena masih memiliki orang tua lengkap. Aku pun menghampirinya, menanyakan pelan pelan.
" Rainy ... kenapa, kok sedih?" tanyaku
Sedikit mengangkat kepala dan memandangku, seolah ingin aku melihat kesedihannya, lalu menunduk kembali.
" Ayah Rainy sudah tidak ada?" tanyaku lagi menunggu jawabannya.
Tanpa mengeluarkan suara, Rainy hanya mengangguk sedih.
" Oh ... sabar yha, jangan sedih kan masih ada mama", aku coba menghiburnya.
Aku pun mendata, bahwa di kelasku hanya Rainy yang ayahnya tidak ada, sementara murid lain memiliki orang tua lengkap .
Esoknya kelasku mengadakan rapat awal tahun pelajaran baru dengan mengundang orang tua. Suasana kelas menjadi ramai oleh orang tua yang saling berkenalan ditambah anak anak yang menemani orang tuanya.