sumber Illustrasi : Dokumen Pribadi
BERBEDA TAPI SAMA
Oleh: Helwiyah
Bertepatan dengan hari ibu, wiwit termenung sendiri, mengenang masa masa bersama ibu . Mengenang perjuangan ibu dalam merawat wiwit kecil. Dari sekian banyak anak ibu, mungkin merawat wiwit bayi adalah saat yang paling berat. Sambil meraba ujung hidungnya wiwit mengucap syukur dan berterima kasih pada ayah ibu yang telah merawat dan membesarkan wiwit hingga kini. Wiwit tak tahu apa yang terjadi dulu, semua berdasarkan cerita ayah dan ibu.
Bagaimana tidak, Wiwit terlahir dengan noktah merah di ujung hidung mancungnya, tak seperti anak anak yang lain. Dengan bobot dan panjang badan yang normal, namun setitik noktah merah ditulang rawan hidung wiwit membuat ibu curiga dan resah.
Hari berganti hari, minggu berganti minggu, titik merah seperti gigitan nyamuk tersebut kian membesar membentuk benjolan. Hingga sebulan berlalu, benjolan itu kian membesar dan nampak nyata mengkhawatirkan.
Naluri ibu untuk menyelamatkan anaknya kian membuncah. Ibu membawa wiwit bayi ke rumah sakit, ke dokter yang telah membantu persalinan. Disarankan untuk segera diambil tindakan. Hati ibu kian galau, tindakan macam apakah ? apakah akan membahayakan?
" Ayah... bagaimana kalau benjolan merah itu membesar dan menutup wajahnya?" tanya ibu cemas.
"Wiwit masih terlalu kecil kalau harus dioperasi, kalau dibedah, bagaimana dia bernafas?" ayah balik bertanya.
Dalam keluarga terjadi pro dan kontra untuk memutuskan apakah akan dilakukan tindakan yang belum jelas seperti apa atau dibiarkan saja?mengingat usia wiwit belum genap 2 bulan. Bayi mungil yang sehat, gemuk, putih dengan mata yang bercahaya, menatap tajam pada dunia, namun tak menyadari gerangan apa yang akan terjadi padanya. Dia begitu lucu, menggemaskan layaknya bayi pada umumnya, tangis dan tawanya mulai riuh.