Saya merasa kehilangan pada Kompas. Kehilangan pada akses gratis electronic papernya Kompas. Selama ini, situs epaper.kompas.com menjadi rujukan saya jika membaca koran elektronik, sebab dibanding dengan epaper koran lain, Kompas masih lebih unggul bila ditinjau dari tampilan. Sejak (harus) berbayar, mulai minggukemarin, cerita pendek kompas minggu saya tak bisa akses. Padahal saya berencana untuk membuat semacam tulisan singkat mengenai kesan saya pada setiap cerpen kompas minggu yang saya baca di blog saya
Keinginan untuk berlangganan sih ada, cuma harganya yang 50.000/bulan, saya masih nggak rela. Pengeluaran saya untuk yang sifatnya "dunia maya" udah terlanjur banyak juga. Seperti langganan TV kabel, pulsa handphone, langganan internet, sementara di kantor saya juga sudah berlangganan kompas yang versi cetak. Saya kehilangan kompas minggunya lebih tepatnya. Akhirnya, saya harus membaca di perpustakaan. Sayangnya, lukisan/foto yang suka menyertai cerpen kompas minggu tak dapat saya tampilkan di blog, karena harus saya pinjam dulu korannya, lalu saya scan, baru saya unggah. Hmmm..sepertinya saya tidak punya cukup waktu melakukaannya setiap minggu. Ya sudahlah, saya beralih dulu ke epaper tempo atau yang lainnya, semoga kompas tetap jaya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI