Lihat ke Halaman Asli

Ibadah sebagai Batu Ujian

Diperbarui: 26 Mei 2024   09:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh...

Seperti yang disampaikan Rasulullah saw di setiap khotbahnya beliau senantiasa berpesan agar segenap kaum muslimin selalu berupaya meningkatkan kualitas iman dan taqwanya kepada Allah. Itulah sebabnya di dalam kesempatan yang mulia ini marilah kita meningkatkan keimanan dan taqwa kepada Allah subhanahu wa ta'ala.

Seseorang yang tulus beribadah berarti sadar akan dirinya dan tahu persis di mana sebenarnya ia sedang berada. Iya sadar bahwa ia sedang hidup di alam yang fana, yaitu dunia. Dan bagi orang yang beriman tahu persis bahwa dunia bukanlah terminal akhir kehidupan. Dunia juga bukan tempat parkir selamanya. Tetapi dunia adalah persinggahan sementara untuk mempersiapkan bekal masa depan yang sebenarnya, itulah negeri akhirat, itulah masa dengan manusia yang hakiki.

Secara tegas Alquran menyatakan:

وَمَا هٰذِهِ الْحَيٰوةُ الدُّنْيَاۤ اِلَّا لَهْوٌ وَّلَعِبٌ ۗ وَاِ نَّ الدَّا رَ الْاٰ خِرَةَ لَهِيَ الْحَـيَوَا نُ ۘ لَوْ كَا نُوْا يَعْلَمُوْنَ

wa maa haazihil-hayaatud-dun-yaaa illaa lahwuw wa la'ib, wa innad-daarol-aakhirota lahiyal-hayawaan, lau kaanuu ya'lamuun

"Dan kehidupan dunia ini hanya senda gurau dan permainan. Dan sesungguhnya negeri akhirat itulah kehidupan yang sebenarnya, sekiranya mereka mengetahui." (QS. Al-'Ankabut 29: Ayat 64)

Kehidupan di akhirat itulah kehidupan yang sebenarnya, kehidupan yang abadi atau terminal yang terakhir. Sedangkan dunia adalah "batu loncatan" untuk kesana. Maka bagi manusia itu mutlak harus mempersiapkan bekal-bekalnya dari sejak dini, dari sejak di dunia.

Barang siapa di dunia menanam biji delima kelak akan tumbuh buah delima, menanam pohon rawe kelak akan tumbuh buah rawe. Artinya yang menanam kebajikan akan memetik buah kebajikan dan sebaliknya yang menanam kejahatan akan memetik buah kejahatan pula. Barang siapa yang selama hidupnya berlaku ingkar akan ajaran Allah, hidup sebagai manusia kebenaran niscaya kelak akan datang di hadapan Allah sebagai seorang pemberontak layaknya, iya datang di hadapan rajanya sebagai yang terpidana. Iya datang menyandang kehinaan yang hanya mencelakakan dirinya sendiri, ia datang tidak memperoleh ridho Allah, sehingga parkir terakhirnya adalah tempat yang paling buruk dan paling menyakitkan, itulah neraka.

Berbeda halnya dengan mereka yang datang dengan damai yang senantiasa hayatnya di dunia rajin menabung untuk kepentingan akhiratnya. Mereka dengan tekun dan tulus telah membekali diri dengan melakukan ibadah kepada Allah. Maka merekalah yang nantinya pantas menerima panggilan indah dari Allah sebagaimana yang disebutkan dalam firmannya surat Al-Fajr ayat 27-30:

يٰۤاَ يَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline