Bahan perenungan bertema "Firman Tuhan Penuntun Hidup Sejahtera Berkeadilan" membuat beberapa saraf iman kembali berdetak. Terutama pada pembacaan dalam 1 Yohanes 2:28-3:10 pada minggu terakhir yang bertema "Anak-anak Allah Hidup Dalam Kebenaran".
Membangunkan kembali ingatan saya tentang Tugas dan tanggung jawab sebagai Anak Tuhan.
Secara pribadi saya melihat dan merasakan sendiri ketidak konsistennya anak Tuhan dalam melakukan kebenaran didalam dunia yang penuh perjuangan.
Banyaknya konsekuensi dalam permasalahan hidup justru membuat kita menunjukkan sikap permisif (sikap membolehkan) dan sikap konformis (menyesuaikan cara hidup).
Sikap permisif adalah suatu sikap yang cara dan pandangan hidupnya membolehkan atau mengizinkan seseorang melakukan segala sesuatu.
Kita akan berkata,
"Ya sudahlah, sudah terjadi. Mau dibikin apalagi?"
Atau
"Itu sudah kebiasaan, sudah dari sononya. Kita ikutin aja, nggak usah dibikin ribet."
"Yah terserah, yang penting lancar."
"Pusing amat, masa bodoh."
Suatu sikap yang kompromi dengan dosa. Sikap yang merasa bahwa kesalahan itu lumrah dan tidak berniat untuk menghentikan, tapi cenderung mengizinkan hal itu terjadi dengan embel-embel pembenaran pribadi.
"Yang penting saya sudah melakukan yang terbaik."