Lihat ke Halaman Asli

Helmi Yanti

Melek Literasi

Kurikulum Pendidikan Menuju HOTS

Diperbarui: 4 Maret 2019   14:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pada mulanya kurikulum merupakan istilah yang digunakan di dunia olahraga atletik. Istilah kurikulum berasal dari kata curir(pelari) dan curere (tempat berpacu). Secara harfiah kurikulum adalah jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari, dari star sampai finish untuk memperoleh penghargaan. Kemudian istilah tersebut mengalami pergeseran dan perubahan, yaitu sebagai sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh untuk memperoleh penghargaan berupa tanda lulus.

Kurikulum mengandung makna dimensi gagasan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi untuk memperoleh predikat pencapaian akhir. Kurikulum harus bersifat dinamis mengikuti perkembangan zaman berdasarkan landasan perkembangan yang benar.

Pada kerangka pembelajaran abad 21 kurikulm menjadi satu fundamen penting dan menentukan.

Ada empat hal yang harus di bahas adalah capaian kompetensi siswa, materi pembelajaran,proses pembelajaran,dan penilaian atau asesmen.

1. Capaian Kompetensi Siswa (lulusan)

Dalam kurikulum diarahkan pada keterampilan yang dibutuhkan di masa depan, dimana harus mampu menerawang kebutuhan hidup pada masa yang akan datang masa 20-30 tahun mendatang. Siswa saat ini belajar ,sudah dikenalkan dengan kebutuhan kebutuhan tersebut melalui berbagai keterampilan yang dikuasai.Ilmu pengetahuan yang diberikan kepada siswa tidak bisa berdiri sendiri tapi mempunyai keterkaitan secara alami.Dalam berbagai pwrmasalahn yang dihadapi harus diatasi dengan berbagai alternatif dan interdisipliner.Ilmu pengetahuan yang kompleks dan saling terkoneksi akan memampukan siswa dalam menghadapi berbagai masalah yang kompleks pula.

2. Materi Pembelajaran

Materi yang diberikan kepada siswa harus relevan dengan kebutuhan yang mendukung berkembangnya keterampilan siswa. Kadang guru seringkali lupa terhadap materi yang esensial, ibarat drum kosong guru selalu terobsesi untuk memasukkan air sebanyak banyaknya ke dalam wadah tersebut.

Jadi guru dan lembaga sekolah harus secata tegas mampu membuat materi yang esensial, di mana pemilihan materi disesuaikan dengan konteks siswa, sosial budaya, dan wilayah geografis.

Materi pembelajaran tidaklah harus muluk- muluk tentunya harus disesuaikan dengan tingkat kesempurnaan ilmu. Jangan sampai siswa cara berfikrnya tidak sesuai dengan perkembangan usianya. Saat ini guru pasti sudah memahami bahwa pembelajaran yang baik adalah berpusat pada siswa (pupil centered) yang berarti berpusat pula pada masalah dan aktivitas.

Melalui pengalaman pengalaman baru (melihat, menyentuh, merasakan, dan mengalami). Menurut penelitian Bob Jacobs (1993, Conclin, 2012) membuktikan bahwa siswa yang mendapat pengalaman menantang akan menunjukkan pertumbuhan otak 25%lebih cepat dibandingkan siswa yang tidak mengalami situasi tersebut. Namun guru kadang berlindung dibalik strategi pembrlajaran student centered, di mana guru hanya memberikan tugas yang banyak dan siswa bisa aktif terus bekerja yang berakibat kelelahan yang didapat oleh siswa.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline