Ini catatan saya dengan mesin waktu yang saya miliki, orang lain masih berteori dan belum menemukan mesin waktu selain di film. Dan catatan ini kisah nyata bukan fiksi, namun singkat karena hanya mencatat sebuah kejadian yang dianggap penting. catatan ini tidak penting untuk dibaca pejabat kampus, dosen, karyawan, teman senior, teman se-angkatan, teman junior yang telah mendahului perkuliahan yang lulus lebih duluan, teman yang berbeda jurusan, dan juga tidak berlaku buat mahasiswa baru yang sudah pernah berkuliah sebelumnya di universitas lain. Apalagi anda yang tidak mengenal saya Jadi silahkan tutup dan tidak untuk membaca catatan ini jika merasa akan sia-sia.
Semester ini saya sangat senang karena berkesempatan menghabiskan semua sisa mata kuliah semester genap, terlebih lagi masih banyak beban SKS yang mumbazir tidak bisa digunakan karena tidak ada lagi mata kuliah yang tersisa. Rasa senang ini pun berawal dari IP semester saya yang baru pertama kali tinggi dan menyebabkan SKS yang berlebihan, memang kalau dibandingkan dengan IP mahasiswa manapun di kampus ini pasti IP dan IPK saya masih termasuk terendah. Disaat hati ini senang, ternyata penuh kesulitan dalam menjalaninya, menghabiskan mata kuliah semester genap sekarang menjadi sulit karena ada enam mata kuliah saya yang bertemu dalam satu jadwal sekaligus, sehingga saya harus membelah diri menjadi tiga atau menjadi enam diri saya, saya bisa melakukan itu dengan mesin waktu, semua ini terjadi karena saya telah mengabaikan peran dosen wali yang sudah menyarankan saya untuk menghabiskan mata kuliah semester yang lebih awal, sementara saya tetap sok tau dan keras kepala dalam mengontrak mata kuliah, sehingga terjadilah suka-suka saya dalam mengontrak mata kuliah dari berbagai semester genap, begitu juga dengan semester ganjil. alhasil dalam penghabisan berbagai mata kuliah yang juga berasal dari berbagai semester genap ini saya mengalami kesulitan dalam mengikuti jadwal kuliah, yang jadwal semester 2 bertemu dengan jadwal semester 6, lalu ada juga yang jadwal semester 4 bertemu dengan jadwal semester 6. Tetapi tenang saya punya mesin waktu dan bisa mengembalikan saya ke 1 menit yang lalu, atau kapan pun saya mau, sehingga saya bisa membelah diri. Tapi sepertinya cukup repot dengan cara seperti itu saya harus rutin kembali ke masa lalu untuk menggantikan waktu saya di perkuliahan yang lain. Saya coba sederhanakan lagi dengan mesin waktu ini untuk kembali dua atau tiga tahun sebelumnya tepat saat saya sedang perwalian semester. Sehingga saya bisa mengontrak mata kuliah sesuai anjuran dosen wali yang memberikan saran untuk mempermudah saya di kemudian hari. Ah tidak ini masih belum membuat saya lulus kuliah dengan memuaskan.
Pergi ke Tahun Pertama dan Tahun Kedua Menjadi Mahasiswa Baru yang Baik
sepertinya saya cuman buang-buang waktu dengan mesin waktu ini kalau hanya mengulang waktu dua atau tiga tahun yang lalu, kenapa saya tidak pergi ke lima atau enam tahun yang lalu dimana saya baru memulai kuliah, dan saya mulai semuanya dengan baik-baik dan tetap aktif di Himpunan Mahasiswa (Hima) sehingga semuanya lulus lancar dan tetap aktif dalam organisasi mahasiswa, tidak seperti yang saya lakukan waktu itu yang terlalu bersantai-santai dalam berkuliah hingga kebablasan di tahun pertama kuliah, di tahun kedua pun saya masih bertele-tele dengan kuliah yang saya anggap tidak memberikan apa-apa selain hanya mengisi absensi, nah kalau saya pergi dengan mesin waktu yang saya miliki ke enam tahun lalu saya bisa memperbaiki perkuliahan tahun pertama dan kedua saya sekaligus untuk memutar balikan kenyataan yang ada.
menuju Tahun Ketiga dan Menjadi Ketua Hima yang Bijaksana
Di tahun ketiga saya terpilih menjadi ketua umum Hima, terpilihnya saya pun malah mendukung pendapat dari beberapa dosen dan beberapa mahasiswa bahwa yang aktif di himpunan mahasiswa adalah orang-orang yang malas berkuliah, anggapan itu terjadi memang ada sebabnya, beberapa dosen tidak nyaman dengan adanya Hima yang bisa menampung kritik dan saran mahasiswa untuk kegiatan dan perkuliahan. Anggapan itu sering saya tepis dengan memberikan fakta bahwa ketua hima sebelumnya lulus tepat waktu dan tidak memiliki masalah dalam perkuliahan, hima memberikan kegiatan yang bermanfaat bagi para mahasiswa, ah tapi siapa saya tetap saja tidak dipercaya karena tidak bisa membuktikan melalui diri sendiri. disinilah saya memulai memperbaiki diri dengan mengikuti kuliah. Di tahun ketiga ini saya memperbaiki cara saya melontarkan protest terhadap kampus, yang dulu berapi-api dan melampaui batas waras. Saya akan memperbaiki dengan cara yang lebih cerdas tapi, aman dan malahan lebih ampuh dalam mencapai tujuan kami para mahasiswa. Tujuan kami banyak dalam ikut memperbaiki jurusan kami, semua tercapai dengan cara yang sangat keras sekali. Walaupun tercapai banyak kerugian yang saya terima, musuh sudah pasti bertambah, mulai dari pejabat dan dosen yang di protes, sampai mahasiswa yang tidak mau ikut dan tidak mau memahami kemana arah tujuan kami. sekarang tidak akan terjadi lagi, sebab dengan mesin waktu saya sudah mengulang dan memperbaiki diri dari tahun pertama sehingga di tahun ketiga ini saya adalah Mahasiswa idaman yang memiliki IPK tinggi apalagi ketua Hima, sudah pasti mendapatkan rekomendasi beasiswa yang dari dulu tak pernah tersentuh oleh saya, orang tua sudah pasti bangga.
Menuju Tahun Keempat untuk Menjaga Kenyamanan
Di tahun keempat ini saya bukan lagi ketua hima, posisi saya digantikan salah satu dari sahabat saya untuk mengurus Hima, saya akan tetap terlibat apa yang penting untuk kami para Mahasiswa, dalam kesempatan mesin waktu ini saya sudah pasti tau mana kepentingan politik kampus yang tidak bermanfaat, sehingga demonstrasi yang ditunggangi dan tidak bermanfaat tak akan pernah di ikuti saya dan sahabat, apalagi membawa teman-teman mahasiswa yang lain. Semua itu harus saya hindari dalam kesempatan menjelajahi waktu ini, sebab banyak kerugian yang kami terima, ditunggangi peperangan kepentingan antar pejabat, dosen, dan karyawan. Kepentingannya pun hanya keuntungan buat mereka yang ternyata tak menyentuh kepentingan kami mahasiswa. akhirnya saling bermusuhan antar kelompok mahasiswa, sebab saling curiga mana gerakan yang murni dan mana gerakan yang ditunggangi. Dengan kesempatan ini tidak akan terjadi lagi, kami mahasiswa pun bisa lebih menikmati kampus tanpa permusuhan antar kelompok mahasiswa. Di tahun keempat ini Hima sangat berprestasi di bawah kepemimpinan Sahabat saya yang belum mapan tentang organisasi, ya begitulah kami yang sampai saat ini tak mapan dalam menjalankan organisasi itu. Tapi tahun keempat ini puncak dimana kami bersatu dengan alumni, sehingga banyak sekali menuju perubahan. Musuh Sudah pasti bertambah seperti tahun-tahun sebelumnya. Maka dalam kesempatan mengunjungi tahun keempat ini saya coba menjaga teman-teman saya dalam setiap langkah, agar kami mencapai tujuan tanpa menimbulkan permusuhan.
Menuju Tahun Kelima dalam Menikmati Kenyamanan dan Lulus Tepat Waktu
Dengan mesin waktu yang saya miliki tidak ada lagi musuh di kampus ini, hari-hari yang nyaman namun harus berpisah dengan kampus, dan kini saya pun lulus tepat waktu bersama teman-teman seangkatan, teman-teman dari angkatan yang lebih bawah tidak ada yang bisa melangkahi saya, mereka semua bisa menyaksikan saya wisuda lebih dulu, Orang tua saya tak akan pernah menanyakan kapan saya akan wisuda.
Dari awal saya sudah menyatakan bahwa ini kisah nyata, dalam kenyataannya mesin waktu itu tak pernah ada. Dan sekarang saya masih duduk di bangku kuliah hingga tahun keenam menuju tahun ketujuh. Segala ketidaknyamanan ini hanyalah buah dari dosa saya yang telah mengecewakan orang tua, dan ketidaknyamanan inilah yang menjadi motivasi saya harus selesai di tahun ketujuh.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H