Partai Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi) kini telah berusia 75 tahun. Partai yang dibubarkan oleh sukarno itu kini di bangkitkan lagi.
Sebagaimana yang diceritakan oleh Alwi Shahab dalam buku 'Pergulatan Demokrasi Liberal, 1950-1959: Zaman Emas atau Zaman Hitam' terbitan Tempo, Masyumi dan PKI pernah saling melempar sindiran saat menjelang pemilu 1955. Salah satu aksi saling sindir itu terjadi di Lapangan Banteng pada bulan September 1955. Kala berkampanye di Lapangan Banteng pada suatu siang, juru kampanye PKI telah 'membakar massa' dengan menyerang Masyumi. "Jika Masyumi menang, Lapangan Banteng ini akan diubah jadi Lapangan Onta,".
Sebagaimana yang dicatat Gungun Karya Adilaga dalam buku 'Simpul Sejarah: Mengikat Makna Perjuangan Umat Islam Bangsa Indonesia', Masyumi didirikan pada 7 Agustus 1945. Awalnya Masyumi bukan partai, melainkan organisasi Islam. Masyumi lahir ketika Jepang sedang terseret kemelut Perang Pasifik. Jepang merestui organisasi ini berdiri karena dianggap bisa membantu Jepang untuk berperang.
Hajatan Pemilu 1955 itu sukses besar dan berjalan damai. Bahkan, tingkat partisipasi warga dalam pemilu itu begitu tinggi, yakni 88% dari jumlah pemilih 43 juta orang. Pada era itu, perbedaan politik memang sesuatu yang lumrah. Namun, setiap warga tetap menghargai perbedaan itu, mereka saling menghormati tanpa saling mengusik.
75 tahun berlalu, Masyumi pun dibangkitkan lagi. Hari ini nama-nama dari Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) mencoba membangkitkan kembali Partai Masyumi, partai yang bubar pada era Presiden Sukarno. Mereka menyebutnya Masyumi Reborn.
Seusai penandatanganan secara simbolis, Ahmad Cholil memberikan pidato politik dan menyinggung soal kemenangan Jokowi pada Pilpres 2019. Ia juga berbicara tentang ormas Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah.
"75 tahun kita merdeka, ada organisasi NU yang anggotanya puluhan juta, ormas Muhammadiyah anggotanya jutaan, sampai-sampai kalau ada apa-apa, yang diundang hanya Muhammadiyah dan NU. Dulu yang diundang juga Dewan Dakwah. Ketahuan Dewan Dakwah bukan ormas. Tapi apa makna dua ormas besar ini, bila sedang berhadapan dengan masalah, Pak Ma'ruf Amin memberikan jasa yang sangat besar pada kemenangan Jokowi. Atas nama ormas NU, jika massa puluhan juta ormas NU mendukung Jokowi menjadikan Jokowi menang mengalahkan Prabowo, capres dari ulama dan umat Islam,".
IDEOLOGI
Pada awal terbentuknya Masyumi, belum diketahui dengan jelas tentang ideologi yang dijalankan oleh partai tersebut, meskipun Masyumi berideologikan Islam. Keislaman dalam Masyumi sendiri sangat menonjol, terlihat dari identitasnya yang tercermin dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Masyumi serta berbagai resolusi yang dikeluarkan. Salah satu resolusi yang Masyumi suarakan adalah melakukan jihad fi sabilillah dalam menghadapi segala bentuk penjajahan.
Masyumi dibubarkan oleh Presiden Sukarno pada 17 Agustus 1960. Menurut M Fuad Nasar dalam bukunya 'Islam dan Muslim di Negara Pancasila', pembubaran Masyumi tidak terkait dengan masalah ideologi. Pembubaran ini sebagai ekses dari sikap politik para elite Masyumi yang berseberangan dengan Sukarno ketika itu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H