Lihat ke Halaman Asli

Helmi Fuadi

Helmi Fuadi

Perubahan Iklim dan Peran Pemuda dalam Tanggap Bencana Hidrometeorologi

Diperbarui: 9 Desember 2021   01:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok. Pribadi

PERAN PEMUDA DALAM TANGGAP BENCANA HIDROMETEOROLOGI BERLANDASKAN AGAMA

            Bencana akhir- akhir ini sering terjadi dan banyak kerugian yang ditimbulkan. Beberapa diantaranya kebanyakan adalah bencana hidrometeorologi. Hidrometeorologi merupakan bencana yang disebabkan oleh curah hujan, temperatur, angin, dan kelembapan. Contohnya yang paling banyak terjadi di waktu sekarang ini adalah banjir.

            Bencana sendiri memiliki dua penyebab utama, pertama karena variabilitas yang disebabkan secara alami oleh alam dan kedua bencana akibat perbuatan manusia sehingga merusak lingkungan yang menyebabkan bencana. Di waktu sekarang ini para pakar menyebutkan bahwa variabilitas alam dan menusia memiliki perbandingan yang sama dalam menyebabkan perubahan iklim hingga terjadi bencana.

            Melihat kenyataannya mau tidak mau semua umat manusia harus bergerak mulai dari sekarang, terutama pemuda yang menjadi poros berjalannya perkembangan zaman. Sebagai pemuda Indonesia yang memiliki keanekaragaman, tentu menjadi suatu tantangan tersendiri untuk melakukan gerakan bersama peduli lingkungan. Indonesia yang memiliki sila pertama “ Ketuhanan Yang Maha Esa” memberikan penjelasan bahwasanya Indonesia ialah negara beragama dan mengakui adanya Tuhan. Maka dari itu agama akan memiliki peran penting dalam membantu kesadaran masyarakat terutama kalangan pemuda.

            Sebagai pemuda adapun beberapa hal yang bisa dilakukan untuk bisa memperbaiki atau setidaknya mengurangi dampak perubahan iklim terhadap lingkungan dengan barlatar pada agama. Diantaranya,

  • Ikut aktif dalam organisasi agama yang ada dalam masyarakat, melalui pendekatan agama masyarakat bisa diajak untuk mulai menjaga alam mulai dari hal yang kecil seperti pengelolaan sampah yang benar. Masyarkat cenderung akan mendengarkan serta melaksanakan suatu kebiasaan apabila disampaikan melalui tokoh yang berperan di dalam diri masyarakat itu sendiri, salah satunya adalah pembesar agama. Penulis yakin dalam setiap agama juga memiliki ajaran untuk menjaga lingkungan demi kebaikan umat setiap umat. Maka dari itu sebagai pemuda kita sudah mulai bisa ikut aktif ke dalam organisasi pengelolaan keagamaan dalam masyarakat dan membicarakannya kepada pengurus yang lain untuk dapat memberikan ilmu ajaran agama mengenai betapa pentingnya menjaga alam. Terlebih sekarang ini bencana banjir dan longsor yang marak karena ulah manusia itu sendiri.
  • Bergerak secara nyata dengan ikut kegiatan seperti reboisasi dan penanaman hutan bakau, aksi nyata untuk menjaga lingkungan sekitar, dan bergerak untuk ikut kegiatan gotong royong membersihkan lingkungan. Pernyataan harus sesuai dengan perbuatan, sebagai pemuda kita bisa ikut bergerak nyata dengan penanaman pohon kembali atau penanaman hutan bakau di wilayah pesisir. Jika tidak memungkinkan bisa ikut serta dalam kegiatan gotong royong di masyarakat.
  • Aktif terus menggalangkan pentingnya menjaga lingkungan demi kehidupan, sebagai pemuda kita bisa menjadi influencer melalui karya kita, missal menjadi seorang konten creator pada youtube dengan berisi tata cara menjaga lingkungan hingga bagaimana menghijaukan lagi bumi ini, kemudian kita juga bisa mengikuti berbagai lomba yang ada seperti pembuatan poster, cerpen, puisi, dan sajak lainnya yang bertema dan bertujuan untuk mengingatkan pentingnya kebersihan dan hijau bumi.

Melalui pemaparan tersebut peran pemuda sebagai poros terjaganya bumi teramat penting karena mereka yang nantinya akan meneruskan proses kehidupan di bumi. Jika mereka tidak dibekali ilmu untuk menjaga lingkungan mulai dari masa mudanya kemungkinan bumi kelak menjadi tak ramah bagi tempat tinggal manusia.

Adapun Penulis mencantumkan Resume dari webinar mengenai Peran Pemuda dalam Tanggap Bencana Hidrometeorologi

Resume ini diambil dari webinar BMKG pada tanggal 30 November 2021,

Pengisi 1, Bp. Dr. Urip Haryoko, Plt. Deputi Klimatologi

Beliau menyampaikan bahwa tahun 2011- 2020 merupakan decade terpanas dalam catatan historis  perubahan iklim jangka panjang. Enam tahun terakhir adalah tahun terpanas dan tahun 2016, 2019, serta 2020 menjadi tiga besar dalam tahun terpanas. Artinya perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia sama kuatnya dengan variabilitas alam.

“Young people are not only victims of climate change. They are also valuable contributors to climate action. They are agentsof change, entrepreneurs and innovators. Whether through education, science or technology, young people are scalling up their efforts and using their skills to accelerate climate action”

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline