Lihat ke Halaman Asli

Imej Kota - Travelog Sydney (3)

Diperbarui: 26 Juni 2015   17:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

[caption id="attachment_93307" align="aligncenter" width="500" caption="Sydney CBD dari Mrs. Macquarie's Chair (Foto: Helman Taofani)"][/caption] Draft itinerari perjalanan yang kami terima menunjukkan bahwa pada hari pertama kami di Sydney harus dilalui tanpa mandi! Euuuw... Dari bandara, usai segala tetek bengek yang membuat kita beringsut ke bus sekitar pukul 9, agenda langsung penuh. Disamping fakta bahwa kami juga tak bisa check in ke hotel sebelum jam 12 siang. Maka waktu yang ada harus dimanfaatkan sebaik mungkin, dengan list yang sepepat mungkin. Jadilah kita berkompromi dengan mengorbankan ritual sanitasi, meski ini juga melalui mekanisme riset yang mengindikasikan bahwa suhu kota Sydney di awal Maret sudah menurun dari kulminasi summer bulan sebelumnya, dan mulai masuk ke musim gugur. Angin semilir memang terbukti, mendinginkan sengatan surya ke kisaran 26 derajat celcius. Dan memang efektif tidak menghasilkan terlalu banyak keringat. Namun cuaca musim gugur juga mengisyaratkan hal yang cukup menjadi musuh perjalanan. Angin bertiup dan kelembaban yang naik artinya mengumpulkan potensi awan-awan hujan yang secara teoritis akan menghunjami bumi Australia sebagai transisi ke musim dingin di paruh tahun. Memang benar adanya, bahwa hari pertama itu harus mengecewakan sebagian besar penikmat fotografi karena tebalnya awan yang menggelayut di seputaran kota pelabuhan ini. Sialnya, tujuan pertama kali adalah menikmati pemandangan. Ini kontraproduktif dengan malu-malunya surya muncul, dan awan tebal kehitaman di atas Sydney. Apalagi yang akan kita pandang adalah dua ikon yang mendefinisikan Sydney: Opera House dan Harbour Bridge. Spot yang konon paling bagus untuk mencermati dua ikon tersebut adalah dari sebuah pucuk taman, yang diberi nama Mrs. Macquarie's Chair (a.k.a Mrs. Macquarie's Point). Itu adalah sebuah kursi era megalit (karena sebetulnya berupa batu) yang mempunyai view ke arah Opera House, Harbour Bridge dan skyline CBD Sydney. Nama Macquarie diambil dari Gubernur koloni New South Wales, Lachlan. Maka Mrs. Macquarie tentu adalah istri beliau - yang bernama Elizabeth. Konon Elizabeth ini sangat doyan nongkrong di spot tersebut sambil mengamati kapal-kapal yang baru datang dari Inggris. Tapi itu ada di kisaran abad 19, dengan konsekuensi tak ada ikon Sydney apalagi skyline CBD. Apa urgensinya menyepi sampai ke pojok? Entah benar atau tidak legendanya. Mrs. Macquarie's Chair ini adalah setitik dari taman yang sangat luas bernama Royal Botany Gardens. Konsepnya semacam Kebun Raya, namun aksesibel untuk umum. Dan inilah rasanya berada di luar negeri, dengan privlese berupa pengayaan ruang publik yang sangat maksimal! Di taman seluas itu, tak perlu kuatir intervensi dengan warga lain karena tentu ada perbandingan lurus dengan populasi empat setengah juta penduduk yang dikompensasikan taman atau ruang publik yang luas. Coba bandingkan Taman Menteng untuk menampung lipat dua penduduk Sydney? Maka, kehadiran kami para turis dari jiran Melayu ini tak terlalu berdampak memenuhi Royal Botany Garden. Warga masih bisa asyik jogging, piknik, tiduran dan sebagainya. [caption id="attachment_93310" align="aligncenter" width="500" caption="Ikon Sydney, View dari Mrs. Macquarie's Point (Foto: Helman Taofani)"][/caption] Destinasi perdana ini cukup membukakan sebuah abstraksi mengenai Sydney. Bagus untuk pengantar perdana. Bahwa inilah kota yang dibangun dengan semangat kultural relatif berbeda. Kota yang (kemudian) dirancang, alih-alih berkembang liar secara organis. Kota yang memiliki dimensi berimbang sebagai sebuah ekosistem baru. Kota yang dipatri dengan sejarahnya. Diiringi dengan mendung yang menebal, dan sesekali menyiram isinya. Angin berhembus membuang jauh bau badan kami yang hampir mencatatkan diri 24 jam tanpa mandi. Saya dan Gina mencoba sejenak merasakan taman dan pemandangan kota. Terlihat jelas Sydney Opera House dan Harbour Bridge, dua ikon penanda. We're in Sydney.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline