Lihat ke Halaman Asli

Tentang Nikah

Diperbarui: 25 Juni 2015   21:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ini termasuk salah satu tulisan yang sensitif banget. Terutama buat para pasangan yang udah pacaran lama, tapi masih bingung kapan mau lanjut ke jenjang pernikahan. Begitu juga dengan jomblowan dan jomblowati berumur, yang telinganya udah panas karena sering ditagih sama emaknya buat cari pasangan untuk nikah. Alasan klasik yang sering muncul biasanya dalam urusan mental dan duit. Pasangan yang mau nikah harus punya mental baja untuk melanjutkan ke jenjang ini. Gak asal sekedar ngucapin"saya terima nikahnya xxx binti xxx dengan mas kawin bla bla bla dibayar tunai" yang kemudian dilanjutin dengan satu kata sakral bernama SAH.

Nikah bukan pacaran yang bisanya cuma putus nyambung seenaknya. Nikah itu amanah buat pasangan untuk mulai menjalani kehidupan baru dalam berumah tangga. Khususnya buat mempelai pria yang memiliki tanggung jawab untuk menafkahi istri lahir dan bathin.

Banyak yang bilang kalo nikah itu harus nunggu mapan dulu. Karena biasanya wanita beranggapan kalo udah rumah tangga nanti, mau dikasih makan apa dia dan anaknya kalo suaminya gak mapan. Ada benernya juga sih. Tapi kalo kitanya nunggu mapan dulu terus nikah, itu juga gak menjamin si wanita bakal setia dengan kita loh. Buktinya banyak wanita yang memilih untuk mengakhiri hubungan dan berpindah ke pria lain yang sudah siap lahir bathin untuk nikah. Takut jadi perawan tua? entahlah.

Tadi pagi untuk pertama kalinya saya diundang pergi ke acara akad nikah rekan kantor saya. Dia melakukan akad nikah dengan kekasihnya yang sudah hampir 2 tahun jadi pacarnya. Acaranya sederhana, tapi untuk kehidupan selanjutnya mungkin bakal jadi rumit. Saya melihat bagaimana perasaan ibu dari mempelai wanita yang harus merelakan putrinya menjadi istri dari teman saya. Saya juga melihat keyakinan yang ada dalam diri teman saya saat mengucapkan kalimat ijab qabul. Semuanya terasa lega setelah para saksi dan penghulu mengucap kata 'sah'. Gak jauh beda saat detik-detik kita menembak seorang temen deket yang sudah lama pdkt. Tapi sekali lagi nikah itu bukan pacaran.


  • Bagi yang sudah menikah, mereka pasti dihadapkan beberapa tujuan masa depan rumah tangganya. Mulai dari hidup serumah, punya anak, membiayai kehidupan sehari-hari, biaya sekolah anak sampai akhirnya kelak mereka juga harus ikhlas melepas anak mereka untuk menikah dengan orang lain.
  • Bagi yang bersiap untuk menikah, mungkin mereka masih menyiapkan segala hal demi kelancaran pernikahan. Jangan sampai hal sekecil apapun menjadi kendala bagi mereka kecuali emang takdir dari Allah swt.
  • Bagi yang masih pacaran, ada baiknya untuk menjalani hubungan yang serius dan sehat. Jangan asal kenal-deket-jadian-putus.
  • Bagi yang jomblo atau lebih kerennya 'single mendadak', lebih baik fokus untuk hal yang lebih penting dulu aja. Kalo emang belum siap pacaran ya fokus ke karir/pendidikan aja dulu. Karena ini juga berpengaruh terhadap penjualan tisu yang terus meningkat. Kebayang kan  kalo kita sering putus trus nyakitin hati cewek trus ceweknya nangis seminggu penuh trus ngabisin tisu trus.. Oke skip, ini sudah mulai berlebihan.


Saat ini saya masih 20 tahun dan bagi saya masih terlalu dini untuk membicarakan hal semacam ini. Yang ada di benak saya sekarang mungkin bagaimana caranya biar mapan dalam waktu 30 hari*siap-siap dibakar massa*

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline