Lihat ke Halaman Asli

Lost in Singapore

Diperbarui: 26 Juni 2015   00:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebenarnya ini cerita sebelum saya berangkat ke Selangor, Malaysia. Saya sempat cerita disini kalo saya transit seharian penuh di Singapura. Mungkin bagi blogger lain yang sudah sering berkunjung ke Singapura ini sudah biasa. Tapi bagi saya ini pengalaman pertama saya pergi ke Singapura sendiri hanya dengan bermodalkan print-out map MRT dan beberapa kertas uang dollar. Dalam tulisan kali ini kalian boleh memanggil saya si bolang. Berangkat dari Soetta sekitar pukul 9.55 waktu Indonesia dengan Tiger Airways, saya tiba disana pukul 12.45 waktu Singapura. Ini berarti kalo di Indonesia masih pukul 11.45 karena selisihnya cuma satu jam dengan waktu di Spore. Ketika tiba di bandara, saya sempat heran saat melihat tampilan luar bandara Changi yang begitu kecil dan sepi. Katanya bandara internasional, tapi kenapa sepi banget. Maskapai penerbangan yang ada disana pun hanya beberapa saja seperti Firefly, Tiger, dan Cebu Pacific. Tapi setelah saya selesai mengurusi keperluan imigrasi, saya baru sadar ternyata saya berada di budget terminal. -.- Pantes aja luas area bandaranya pun masih kalah jauh dibandingin Soetta. Akhirnya saya memutuskan untuk langsung menuju stasiun MRT Changi di terminal 2 dengan shuttle. Saya dan rombongan penumpang lain diantar sampai di lantai basement terminal 2 Changi dengan selamat dan gratis. Tujuan pertama saya ketika sampai di Spore adalah Bugis. Rencananya sih mau liat barang-barang yang dijual di Bugis street. Kali aja ada yang murah dan bisa dijadian oleh-oleh. Di stasiun MRTChangi awalnya saya sempat bingung memasukkan duit $10 ke dalam mesin tiket. Hingga akhirnya ada seorang petugas peremouan yang emenawarkan jasa tukar duit kertas ke duit receh. Tiket pun berhasil saya dapatkan. FYI : tiket satuan yang kita beli itu sudah termasuk deposit $1 yang bisa kita ambil lagi ketika mengembalikan tiket. Atau kalo mau liburan lama di Spore lebih baik make EZ Link yang bisa digunakan untuk membayar tiket MRT maupun bus. Harganya $15.

null

Satu hal yang saya kuatirkan di Spore adalah bahasa. Yah, saya mengakui kalo english saya itu masih level beginner. Palingan cuma beberapa kalimat aja yang bisa saya lafalkan dengan lancar. Emang sih masih banyak orang Spore yang saya temui berbicara melayu. Tapi itu gak sebanyak yang menggunakan english atau bahkan bahasa Cina. Waktu di Stasiun Changi aja saya kelabakan saat ditanya sama orang Taiwan. Gak begitu lama akhirnya saya tiba di Bugis Junction. Kalo menurut saya tempat ini gak jauh beda dengan mall-mall di Indonesia. Baru mengitari satu lantai, saya bertemu dengan seorang kakek tua dengan baju yang agak lusuh. Beliau memulai pembicaraan dengan akses melayunya yang khas. Beliau bilang lagi butuh duit $6 untuk membeli obat asma di apotik. Saya pribadi ga begitu percaya dengan beliau. Secara dengan raut wajah yang sehat wal'afiat, kemungkinan untuk sakit lebih kecil dari kemungkinan untuk memalak seorang bule Indonesia seperti saya. Anehnya kenapa harus beli obat asma di mall seperti Bugis Junction? Apa diluar gak ada apotik? Kenapa perginya sendirian? Ah sudahlah, saya gak begitu tau kakek ini benar-benar sakit atau emang suka malak dengan modus pura-pura sakit. Yang jelas saya langsung pergi menghindar dari kakek itu. Saya kira bugis junction itu sama dengan bugis street. Tapi ternyata berbeda. Jadi selama sekita 1 jam berada disini saya gak dapet apa-apa. Saya cuma beristirahat sejenak di sebuah warung cina yang terletak di seberang Bugis Junction. Saya memesan nasi lemak ($3.5) dan es teh manis($1.5) Ternyata emang bener harga minuman disini lebih mahal. Bahkan hampir dari setengah harga makanan. Saya juga sempat membeli sebotol air berukuran besar di Seven Eleven seharga $2.2 -.-"

null

Perjalanan saya lanjutkan kembali dengan pergi ke Merlion Park. Mungkin ini salah satu tempat yang wajib di datangi para pelancong dari luar Spore. Saya memutuskan untuk naik MRT dari Bugis menuju Esplanade. Tak berapa lama tiba di esplanade, saya sempat nyasar saat ingin pergi ke Merlion park. Tapi setelah bertanya sana-sini dengan english yang ancur akhirnya saya sampai di Merlion Park. Satu hal yang saya rasakan disini, saya malah serasa berada di Indonesia. Gimana nggak, kebanyakan pengunjung di Merlion Park ini orang Indonesia semua. Mereka datang dengan rombongan masing-masing dengan membawa spanduk besar bertuliskan "rombongan wisata bla bla bla.."  -.-

Ternyata untuk menuju Merlion Park ini bisa juga melalui Stasiun MRT Raffless. Jaraknya juga hampir sama jauhnya dengan yang Esplanade. Tapi mungkin lain waktu saya lebih memilih turun di Raffless karena aksesnya lebih mudah. Jam menunjukkan pukul 16.45 saya melangkah menuju tempat berikutnya, Little India. Tujuannya sama dengan saat ke Bugis, yakni mencari oleh-oleh. Tapi sampai disana saya berasa jadi Shahruk Khan. Bau khas bunga-bunga sesaji ditambah bau-bau lain khas India sungguh gak enak. Muter-muter kesana kemari gak ada satupun barang yang cocok. Bahkan mungkin kualitas dagangan di Little India ini gajauh beda sama dagangan di Tanah Abang atau Blok M Jakarta. Matahari sudah menunjukkan tanda-tanda ingin tenggelam. Akhirnya saya memutuskan untuk beristirahat untuk solat di Masjid Anguilla. Masjid ini berada di seberang Mustafa Center.  Info yang saya tau sih Mustafa Center terkenal dengan parfum-parfum branded dengan harga miring.  Ada hal unik yang saya temukan di masjid ini. Seperti adanya peminjaman peci untuk solat. Ini berbeda dengan masjid di Indonesia yang biasanya hanya menyediakan sarung dan mukena untuk dipinjamkan secara umum. Ada juga iqamah shalat yang beda dengan yang ada di Indonesia. Jadi kalo di Indonesia itu saat iqamah kalimat syahadat dan seruan sholat disebutkan sekali, tapi disini disebutkan sebanyak 2 kali.

Sehabis maghrib, saya kembali melanjutkan perjalanan ngebolang saya untuk mengitari Little India. Banyak sekali barang dagangan yang dijajakan disini seperti jam tangan, baju, celana, dan beberapa aksesoris lain. Tapi tetep aja saya gak beli apa-apa. Sempat sih pengin masuk ke dalam Mustafa Center, tapi saya rasa lain waktu aja deh kesana lagi. Karena udah mulai larut, saya memutuskan kembali ke Stasiun MRT Little India yang akan dilanjutkan ke Changi untuk menunggu Ester dan Livya yang akan tiba dari Jakarta.

Di Changi saya turun di terminal 3. Saya sempatkan untuk melihat-lihat suasana bandara Changi. Saya juga memanfaatkan fasilitas wi-fi dengan koneksi yang lumayan cepat. Kalo mau dapat username dan password bisa langsung minta di Information Center. Nanti kita cuma di minta untuk menunjukkan paspor. Kemudian kita akan diberi waktu selama 4 jam untuk memakai fasilitas wi-fi ini. Tapi anehnya saat itu saya bisa menggunakan wi-fi lebih dari 4 jam loh. hehehe Mengelilingi Changi dengan membawa tas ransel yang berat sepertinya memang suatu kesalahan. Tiga lantai saya kelilingi satu-persatu membuat saya lelah. Pengin sih masuk ke lantai 2 yang ada fasilitas kursi tidur dan pijit-memijit. Tapi gak bisa karena harus menunjukkan tiket keberangkatan pesawat. Yasudahlah terima nasib tidur di bangku juga gak papa. Malam semakin larut tapi Ester dan Lyvia belum juga muncul. Belum lagi baterai smartphone saya udah warning. Ujung-ujungnya saya pun memilih untuk tidur dulu di kursi lantai 2 bagian luar. Saya terbangun sekitar pukul 4 pagi karena kedinginan. Mata sempet merem melek sambil ngebuka update twitter. Ternyata si Ester dan Lyvia sudah tiba di Terminal 3 namun mereka ada di lantai 1. Satu jam kemudian saya memutuskan menemui mereka yang juga seang tertidur pulas di kursi.

Sempat mengobrol dan berkenalan, kami bertiga berencanan mengunjungi Botanical Garden. Letaknya tak jauh dari National University Singapore(NUS). Karena MRT yang menuju ke arah Botanical Garden masih belum dioperasikan, kami memilih untuk turun di Stasiun Newton. Padahal jarak Newton ke Botanical Garden masih cukup jauh. Mau gak mau kami harus menaiki bus kearah NUS. Tarifnya cuma $1. Sampai di halte NUS kami berjalan kaki sekitar 200-500 meter untuk menuju visitor centre. Dan voila, akhirnya sampai juga disana.

Menurut Ester, Botanical Garden ini mirip dengan Kebun Raya Bogor.  Suasananya sangat sejuk dan nyaman. Di kanan kiri dipenuhi hijaunya daun dan pohon rindang. Disana juga terdapat sekitar 3 danau yang menjadi tempat bermain angsa putih. Setelah mengambil map yang ada di visitor center, kami mulai mengeksplorasi tempat ini. Dalam perjalanan kami bertemu beberapa turis yang sedang berolahraga seperti jogging dan senam. Ada juga beberapa orang yang terlihat sedang melakukan yoga. Bisa dibilang ini emang tempat yang cocok untuk melakukan pengenalan alam atau sekedar berolahraga. Tarifnya gratis lagi.

Sebenarnya masih banyak hal yang bisa kami eksplor lagi disini. Namun waktu yang mepet membuat kami hanya sanggup mengelilingi beberapa tempat saja. Karena pukul 12 siang kami harus kembali ke Budget Terminal untuk melanjutkan perjalanan ke Selangor. Semoga suatu saat saya akan kembali mengunjungi tempat ini lagi.

Sampai di pintu gerbang keluar, kami meutuskan untuk naik bus lagi. Rencananya kami mau turun di Orchard biar sekalian langsung nyambung naik MRT di stasiun Orchard. Belum lagi perut yang sudah mulai memainkan konser keroncong. Di Orchard kami tak sempat membeli makan disana. Yang ada cuma jejeran gedung dengan label barang-barang branded dipajang di etalase depan. Kami bertiga malah lebih mirip gembel masuk kota. Bahkan lebih tepatnya gembel masuk mall hehehe Kebayang dong muka kucel belum mandi selama sehari ditambah badan yang sudah berkeringat. Tapi alhamdulillah gak bau-bau amat lah. Saat ingin masuk ke stasiun, saya sempat ngobrol basa-basi dengan seorang lelaki tua  asal Singapura yang memeriksa tas ransel kami. Ternyata beliau bisa bahasa melayu kaya di film upin ipin gitu lah. Perjalanan di Singapura pun berkahir untuk sementara disini. Tiba di Changi sekitar pukul 10.30, kami sarapan di Killiney Kopi Tiam dengan memesan nasi lemak(lagi) seharga $3.8 Alhamdulillah deh perut udah terisi. Someday saya harus kembali kesini, masih banyak tempat yang belum saya kunjungi seperti Universal Studio(kayanya harus nabung deh), Jurong Bird Park, atau beberapa tempat lain seperti Chinatown atau Marina Bay. InsyaAllah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline