Suatu kali, di dalam kelas seorang pengajar (dosen) mengajukan satu pertanyaan "Siapa kalian?" Pada intinya, beliau menerangkan bahwa sebagai pelajar maka satu-satunya tugas yang perlu kami pahami adalah melakoni kehidupan sebagai tukang belajar. Pada pertemuan ini terjadi diskusi dua arah tanpa penghakiman atau label terhadap berbagai jawaban.
Suasana kelas sangat antusias mengawali Senin pagi (yang bagi kebanyakan orang mula-mula penderitaan sepanjang minggu) diselingi canda tawa yang secara langsung menyindir dan menyegarkan otak yang terbelenggu. Saya tertarik pada teknik pengajaran beliau juga lelucon-lelucon ditawarkannya di saat beberapa mahasiswa hampir membiarkan kepalanya terantuk di meja.
Apakah ada penjajah dalam pendidikan?
Merdeka belajar merupakan kondisi pendidikan yang memperjuangkan pengembalian hak dan kewajiban belajar kepada para tukang belajar.
Pada pengertian tersebut, mengisyaratkan bahwa ada penjajah di dalam pendidikan. Mari kita uraikan kondisi kelas yang ada. Pada satu momen pengajaran poin-poin yang tercatat di dalam PPT/Modul pengajaran merupakan template yang sama dengan tahun pengajaran sebelumnya. Hal ini mengindikasikan bahwa sumber belajar untuk setiap generasi adalah sumber yang sama. Meskipun, kenyataan mengungkapkan adanya regenerasi tukang belajar serta informasi terbaru berdasarkan kondisi kehidupan manusia yang tidak stagnan.
Ada banyak penelitian yang berujung pada pembakaran kertas-kertas cetakan karena minim pembaca, kondisi yang miris. Hal ini diperparah dengan pengajaran yang tradisional berbasis satu arah.
Munculnya istilah 3D (duduk, diam, dengarkan) merepresentasikan suasana kelas yang pasif dan didominasi oleh pengajar. Para pelajar perlu diberikan kesempatan untuk menyampaikan ide pikirannya di dalam kelas untuk meyakinkan bahwa pengetahuan yang ditransfer tidak berhenti pada kata "menerima" tetapi dilanjutkan dengan istilah "pengolahan" yang menghasilkan pertentangan (karena tidak setuju) kebingungan (karena adanya pendobrakan ide awal yang menghasilkan pertanyaan) dan evaluasi (yang merujuk pada kemampuan untuk membuat peta konsep terhadap ilmu pengetahuan lainnya atau kesimpulan yang dibuat).
Ditambah lagi dengan keterikatan oleh pembuatan administrasi yang membelenggu. Administrasi yang memberikan batasan pada aktivitas kelas serta keterjangkauan capaian yang tidak selalu sesuai kenyataan yang ada. (Atas dasar pertimbangan perlu ada catatan untuk istilah "living document" yang diterjemahkan sebagai dokumen hidup. Adanya perombakan atau perbaikan atas agenda yang dimuat dalam perencanaan pembelajaraan (RPP).
Penjajah Pendidikan
- Ketidakmampuan memperbarui sumber belajar dan akses terhadap sumber belajar yang terbatas.
- Sistem pengajaran tradisional yang berbasis satu arah masih digunakan sebagai metode pengajaran di dalam kelas
- Sistem administrasi (rancangan pembelajaran) yang kaku sebagai referensi aktivitas kelas.
Kenyataan yang ada telah menyadarkan pentingnya untuk merebut kembali hak dan kewajiban belajar dari para penjajah.
Bagaimana menerapkan merdeka belajar di dalam pendidikan?
Pendidikan atau edukasi berasal dari bahasa Latin educare yang diartikan sebagai menuntun ke luar. Pada persimpangan sebuah jalan ditemukan banyak jalur yang menuju ke berbagai tujuan yang berbeda. Dalam kondisi ini diperlukan penuntun yang memberikan arahan untuk menerangkan tujuan (capaian) dari setiap perjalanan yang ditempuh. Pengalaman berjalan ini tidak cukup dengan penjelasan singkat saja, tetapi juga perlu pengalaman yang nyata bagi setiap penjelajah (murid).
Oleh karena itu, berikan kesempatan bagi mereka untuk berjalan tidak dengan menggendong mereka, tidak dengan mengikat lehernya, tidak mendorong tubuhnya, tetapi dengan memberikan peta yang benar untuk menggerakkan kakinya.