Pelangi sedemikian indah melengkung di atas langit. Ada warna merah, jingga, hijau, dan kuning saling melengkapi. Awan-awan berkejar-kejaran melengkapi cakrawala yang indah. Terik mentari membungkuk di balik pohon-pohon menjulang tinggi ke langit.
Burung-burung menari di awan yang tinggi. Semilir dingin yang tak mampu dilihat membelai rambutku yang terlanjur kusut. Bangunan-bangunan yang tinggi kadang kala menghalangi cahaya serasi yang sedang berpadu di langit sore.
Jalanan tidak seramai hari-hari biasanya. Pengendara yang kujumpai pada umumnya mengenakan seragam. Mata mereka fokus pada gadget yang terletak di depan spidometer motornya.
Pertemuanku dengan pengendara di polisi tidur sangat cepat. Hingga tak dapat lagi kutuliskan kisahnya. Selain pengendara yang mengantarkan pesanan berupa barang atau makanan.
Para pedagang berjejer rapi di sepanjang jalan. Gorengan tersaji indah di etalase. Jaraknya tidak seakurat dan setepat satu meter. Mereka mengenakan masker sambil menatapku kembali. Namun, haruku tidak dapat terobati. Pedagang itu hanya dijumpai oleh serangga-serangga penghuni sampah dapur.
Kantong plastik putih yang menggantung di gerobak dagangannya belum berkurang satu pun. Terik matahari menemani mereka sejak subuh hingga senja hampir berlalu. Hatiku hanya berdoa dengan sentuhan haru tak dapat membantu.
Perjalanan yang sedikit membuatku lega setelah berminggu-minggu diam di rumah tidak terbayarkan. Pikiran galau menggelantung sepanjang langkahku menuju rumah. Apa yang membuatku sedikit melambat? Bayang-bayang pelangi itu jawabannya.
Anak-anak berjuang untuk melukiskan cakrawala dengan imajinasinya sendiri. Terkadang tokoh-tokoh animasi yang ditontonnya, buku bergambar, dan kehidupan bersama alam yang melengkapi indahnya karakter cakrawala buatannya.
Aku pernah berharap menjadi pelangi yang terlihat sesekali di waktu ada anak manusia yang galau. Senyum-senyum sendiri ketika melihat ada yang mampu memberikan energi melalui penglihatan sempit.
Langit tempat membentuk awan, melihat bekas atau sisa cahaya, menggelantungkan harapan, menyaksikan burung-burung, mencintai biru yang memantulkan cahayanya di laut, menatap bintang-bintang, dan pelangi.
Kehidupan yang random, bisa juga dikatakan kacau. Hal-hal apakah yang dapat membuat energi itu pulih kembali? Penglihatan? Tidak cukup dengan itu. Pengalaman di masa lalu.