Lihat ke Halaman Asli

Helen Tuhumury

Dosen Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Pattimura

Natal dan Konsumerisme: Memikir Ulang Tradisi dalam Era Konsumtif

Diperbarui: 25 Desember 2023   07:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

  Pembeli memilih ornamen Natal di salah satu toko di Pasar Asemka, Jakarta Barat, Senin (12/12/2023).  | KOMPAS/REBIYYAH SALASAH 

Beberapa hari belakangan ini menjelang hari Natal, pusat-pusat perbelanjaan di  kota Ambon menjadi penuh sesak, sampai kesulitan untuk mencari parkiran.  

Orang- orang berbelanja kebutuhan untuk perayaan Natal, maupun berburu baju, sepatu baru, mencari kado-kado yang akan diberikan saat Natal. Berbelanja untuk baju dan sepatu baru menjelang Natal membawa nuansa kegembiraan yang tak terbantahkan. Saat langkah pertama memasuki pusat perbelanjaan, suasana penuh semangat Natal terasa begitu nyata. 

Di dalam toko, lampu-lampu berkilau dan hiasan-hiasan Natal memberikan sentuhan magis pada pengalaman berbelanja. Rak-rak penuh dengan pilihan baju-baju terbaru, dan aroma harum kain baru menyelimuti udara. Melalui setiap hentakan langkah di lorong sepatu, berbagai model dan warna menarik memikat perhatian. Memegang baju dan sepatu yang akan menjadi bagian dari perayaan Natal memberikan sensasi sentuhan lembut dan harapan baru. 

Dalam momen ini, belanja bukan hanya sekadar pencarian barang, tetapi juga perjalanan menyenangkan yang dihiasi dengan antusiasme Natal. Aroma konsumerisme memenuhi udara perayaan Natal.

Natal, sebagai perayaan keagamaan dan budaya, telah menjadi momentum berbagi kasih sayang, kedamaian, dan kegembiraan. Namun, di tengah pesatnya perkembangan masyarakat konsumtif, perayaan Natal semakin terjerat oleh fenomena konsumerisme. Bagaimana konsumerisme mempengaruhi makna Natal, memicu perdebatan tentang nilai-nilai yang mendasari perayaan ini.

Di satu sisi konsumerisme saat Natal dipandang sebagai pendorong ekonomi. Konsumerisme Natal dapat memberikan dorongan signifikan bagi ekonomi. Meningkatnya permintaan barang dan jasa selama musim liburan dapat menciptakan lapangan pekerjaan baru dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. 

Sebagai contoh, peningkatan penjualan ritel selama musim Natal dapat memberikan dampak positif pada sektor perdagangan dan industri.  Dari tahun ke tahun konsumerisme di seputar Natal  sudah juga menjadi tradisi dan antusiasme. 

Pembelian hadiah, baju, sepatu baru, dan dekorasi Natal menjadi bagian dari tradisi dan antusiasme perayaan. Konsumerisme membantu menciptakan atmosfer yang meriah dan berwarna di sekitar perayaan ini. 

Melalui pemberian hadiah, orang dapat mengekspresikan kasih sayang dan kepedulian kepada orang-orang terdekat, memperkuat ikatan sosial. Selain itu konsumerisme juga mendorong inovasi produk dan desain. 

Permintaan yang tinggi selama musim Natal mendorong inovasi produk dan desain. Perusahaan bersaing untuk menciptakan barang yang menarik konsumen dengan desain kreatif dan inovatif. Ini menciptakan lingkungan di mana konsumen memiliki akses lebih banyak ke produk yang unik dan berkualitas tinggi.

Namun di lain sisi, konsumerisme Natal  cenderung menyebabkan hilangnya makna spiritual dari Natal itu sendiri.  

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline