Lihat ke Halaman Asli

Antara Komedi dan Politik Dalam Film The Interview (2014)

Diperbarui: 21 Desember 2024   23:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://www.imdb.com/title/tt2788710/mediaviewer/rm2264792576/?ref_=tt_ov_i

Isu Etika Komunikasi di Dunia Kerja

Suasana tempat kerja yang nyaman dan suportif merupakan suasana yang diinginkan oleh semua orang saat ini, Kenapa? Karena pada kenyataannya saat ini banyak orang yang merasa stress akibat lingkungan kerja yang tidak menyenangkan. Bahkan ada juga karyawan yang sengaja melontarkan candaan yang kontroversial atau sensitif dapat menyebabkan ketegangan, konflik, sehingga menciptakan lingkungan yang tidak nyaman bagi rekan kerja.

Contohnya, Seorang manajer di sebuah perusahaan teknologi membuat lelucon rasis selama rapat tim. Lelucon tersebut ditujukan kepada seorang karyawan yang berasal dari latar belakang etnis tertentu. Meskipun manajer tersebut menganggap leluconnya lucu, banyak anggota tim merasa tersinggung dan tidak nyaman. Nah, di dalam film The Interview ini, lebih banyak menceritakan humor untuk menyampaikan kritik sosial dan politik, tetapi menggunakan cara yang kontroversial. Humor yang ditampilkan tidak hanya mengejek pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un, tetapi juga memperolok situasi sensitif, seperti ketegangan politik internasional dan isu kemanusiaan.

Pandangan Mengenai Film

Film The Interview ini mengisahkan perjalanan Dave Skylark, seorang pembawa acara hiburan, dan Aaron Rapoport, produsernya. Awalnya acara mereka ini hanyalah acara tidak pernah membahas hal-hal yang serius, namun seiring berjalannya waktu sang produser ingin membuat acara mere ini menjadi lebih serius dan meliput berita yang serius Ketika mereka mendapatkan kesempatan langka untuk mewawancarai Kim Jong-un, pemimpin Korea Utara yang juga penggemar acara mereka, mereka terjebak dalam konspirasi politik besar. CIA merekrut mereka untuk melaksanakan misi rahasia: membunuh Kim Jong-un.

Namun, realita di lapangan jauh lebih rumit daripada rencana. Saat berinteraksi dengan Kim, Kim menunjukkan sisi manipulatif sekaligus manusiawi dari sang pemimpin, membuat Dave dan Aaron terombang-ambing dalam keputusan mereka. Konflik semakin memuncak ketika sifat asli Kim terungkap, termasuk kebohongan besar tentang kesejahteraan rakyat Korea Utara. Dave dan Aaron akhirnya mengambil keputusan untuk mengubah rencana awal dan menggunakan wawancara tersebut sebagai alat untuk membongkar kebenaran tentang Kim di hadapan dunia. Hingga pada akhirnya Kim pun terbunuh dengan cara yang tidak terduga.

Lantas, bagaimana pandangan pribadi saya terhadap film ini? Menurut saya, film ini tidak layak ditonton untuk anak-anak dibawah 18 tahun, karena dalam film ini mengandung kata-kata kasar, seperti fuck, damn, dan lain sebagainya, konten sex, dan juga kalimat-kalimat sindiran yang ditujukan untuk Kim Jong-un dengan sistem pemerintahannya di Korea Utara, dan juga Amerika Serikat itu sendiri. Namun dibalik itu semua film ini sebenarnya sebagai tindakan penyuaraan terhadap kegelisahan terhadap sistem pemerintahan Kim Jong-un.

Film ini sebenarnya tidak begitu memojokkan Kim Jong-un, film ini mengajak orang-orang untuk melihat Kim dari sisi kemanusiwiannya, Kim bukanlah Tuhan seperti yang ada dibenak rakyat Korea Utara, tapi Kim juga bukan setan seperti yang dipikirkan oleh orang-orang yang ada di seluruh dunia. Kim tidak seperti yang mereka pikirkan, Kim bisa buang air besar dan kecil, namun Kim memang salah karena Ia tidak memberikan gizi yang cukup bagi rakyatnya. Melalui lagu Firework milik Katy Perry, film ini menjelaskan sisi kemanusian dari Kim dan menjelaskan alasan kenapa selama ini ia bertinjak keji dan sewenang-wenang terhadap rakyatnya.

Teori yang Terdapat Dalam Film

Dalam film ini terdapat beberapa teori yang sesuai dengan teori etika komunikasi dalam dunia kerja.

  • Teori Expectancy

Teori ini merupakan komunikasi antara satu atau dua orang yang masing-masing memiliki ekspektasi yang sama, lebih tepatnya sikap dan perilaku suatu individu yang dipengaruhi oleh harapan harapan mengenai hasil dan penilaian yang dikaitkan dengan hasil tersebut. Dalam film The Interview ini yaitu Dave dan Kim, dimana pada awalnya Dave mengira kalau Kim merupakan sosok yang lemah dan mudah dimanipulasi, namun setelah itu ia terkesan dengan sikap Kim yang santai dan suka dengan budaya pop Amerika, disini Dave berharap kalau Kim dapat diwawancarai dengan santai seperti selebriti yang pernah ia wawancara, kemudian pada saat mereka bermain basket Dave menanyakan berapa hal seperti "Kim apakah kamu tidak memberikan gizi yang cukup untuk anak-anak disini?" kemudian Kim menjawab "Ya aku memberikannya, lihatlah anak-anak yang ada disini gendut-gendut sekali kan", padahal pada kenyataannya itu hanya tipuan dari Kim supaya Dave percaya dengannya, dengan begitu ia bisa memperkuat citra dirinya supaya orang-orang tidak melihatnya sebagai pemimpin yang keji dan juga bisa membangun hubungan politik. Kemudian saat Dave masuk ke dalam supermarket ia melihat kalau buah dan juga makanan itu hanya palsu, "Jadi itu hanyalah manipulasi Kim supaya aku bersimpati kepadanya, dan tidak menghujatnya saat wawancara nanti?" kata Dave saat ia melihat semua itu palsu akhirnya ia merasa kecewa karena ekspektasinya terhadap Kim, kalau Kim ini adalah pemimpin yang baik hancur begitu saja hingga akhirnya Ia melanjutkan misinya untuk membunuh Kim. Selain itu, dalam film The Interview, lelucon tentang Kim Jong-un mungkin dianggap lucu oleh sebagian orang, tetapi bisa sangat ofensif bagi yang lain, terutama bagi mereka yang terpengaruh oleh kebijakan dan tindakan rezimnya.

  • Teori Performing Foreignness

Teori ini merupakan komunikasi antara satu orang dengan sekelompok orang, atau banyak orang ke banyak orang, komunikasi itu terjadi  namun ditengah komunikasi tersebut, ia merasa diasingkan, tidak bisa bersatu dengan yang lain dalam suatu lingkup pekerjaan. Dalam film The Interview, teori ini terdapat pada adegan saat Dave dan Aaron baru sampai di Korea Utara, Dave mengatakan beberapa hal yang membuat rakyat Korea Utara merasa terasingkan. Dalam film ini juga, karakter-karakter yang berinteraksi dengan Kim Jong-un berusaha untuk memahami dan beradaptasi dengan budaya Korea Utara, tetapi humor yang mereka gunakan menciptakan kesan bahwa mereka tidak sepenuhnya menghormati atau memahami budaya tersebut.

  • Teori Dialogue as Building Peace

Teori ini menekankan bahwa dalam dunia kerja itu harus saling terbuka dan berkomunikasi antar karyawan supaya tidak terjadi kesalahpahaman dan menciptakan lingkungan kerja yang damai. Dalam Film The Interview sebenarnya mereka ingin menggunakan humor untuk menyampaikan kritik, tetapi justru gagal menciptakan dialog yang damai antara Amerika Serikat dan Korea Utara. Lelucon yang ofensif lebih memprovokasi emosi daripada membangun pemahaman. Jika film ini lebih menampilkan sisi manusiawi Kim dan situasi di Korea Utara tanpa menghina, mungkin film ini bisa menjadi cara untuk meningkatkan perdamaian di antara kedua pihak.

Penutup

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline