Lihat ke Halaman Asli

Helen Adelina

Passionate Learner

Jeritan Hati pada Sunyi Malam

Diperbarui: 10 Juni 2021   17:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi sunyi malam (unsplash.com)

Satu persatu helai-helai rambut lepas dari kepala
Mahkota yang dulu bertengger indah di kepala kini hilang tak bersisa
Jarum-jarum tajam menusuk ke dalam tubuh
Menyuntikkan cairan-cairan asing yang mengalir menyatu dengan darah

Kesakitan dan kengiluan menyeruak
Isak tangis dan lenguh tertahan
Mata tak jua mau tertutup untuk tidur
Walau tubuh meronta-ronta dilepaskan dari derita

Sel-sel kanker telah menggorotimu
Memakan habis tubuhmu bagaikan raksasa yang rakus dan tamak
Terus menerus memamah inangnya
Tak pernah puas sampai tak ada lagi yang tersisa

Sampai berapa lama kau harus menanggung semua ini?
Jeritmu dalam sunyi dan gelap malam
Bertanya-tanya akankah kau melihat hari esok datang
Ataukah kau akan tertidur dalam keabadian sebelum pagi menjelang

Wajah-wajah terkasihi muncul dalam ingatan
Satu per satu menyapa
Entah meninggalkan penyesalan
Ataupun meninggalkan kehangatan kasih sayang
Entah mereka yang sudah berpulang
Ataupun yang masih tinggal

Bersawala dengan si Empunya Hidup
Menggugat ketidakadilan
Menghitung amal dan kebaikan
Bertanya-tanya mengapa semua menimpamu
Apa salah yang kau perbuat
Sampai fajar menyingsing
Yang ada hanya kebisuan

Hening

Gaduh di dalam jiwamu mereda
Kau tahu kehadiran mentari adalah tanda
Kau berdamai dengan semuanya
Berjuang melawan maut sampai titik darah penghabisan
Tak ada kata menyerah

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline